Aku punya teman yang namanya Profesor Doktor Insinyur Raden Sengkuni SH. Dari gelar pendidikannya sungguh luar biasa. Belum dari trah gelar Radennya, pasti beliau termasuk golongan orang penting atau berdarah priyayi. Darah biru, kalau kata orang Jawa. Gaya bicaranya juga luar biasa, kadang menggunakan bahasa ingris dan arab yang dicampur-campur. Belum gaya penampilannya, berdasi. Necis sekali.
Nah, ini cerita saat aku mendengarkan gaya pidatonya yang berapi-api. Tangannya mengepal-ngepal keatas, menambah gelora semangat intonasi kata-katanya. Suaranya serak-serak kering. Sungguh memukau, walau sebenarnya aku sendiri tidak begitu paham dengan inti yang disampaikannya. Aku tidak bisa mencerna bahasa asingnya, maklum aku hanya lulusan Sekolah Dasar, itupun tidak tamat. Aku hanya bisa mangut-mangut, bahkan kadang garuk-garuk kepala, bukan karena gatal. Karena bingung.
Profesor Doktor Insinyur Raden Sengkuni SH, punya anak buah yang loyal sekali. Tapi beliau lebih suka menyebut anak buah dengan istilah santri. Apa yang dikatakan Profesor Doktor Insinyur Raden Sengkuni SH, santrinya langsung meng-Aminkan. Ikut sendika dawuh, nurut apa perintah/titah Profesor Doktor Insinyur Raden Sengkuni SH. Tidak ada yang berani menentangnya, katanya takut masuk neraka jika melawan gurunya.
Nah, ini Profesor Doktor Insinyur Raden Sengkuni SH bicara soal logo Palu Arit yang berada di uang kertas pecahan seratus ribu rupaih, keluaran tahun 2014. Beliau langsung teriak-teriak dipodium, yang katanya Pemerintah mulai tersusup dan ingin menghidupkan idiologi/paham Komunis. Dengan cara memasukan logo PKI secara sembunyi pada uang kertas seratus ribu rupiah.
Menurutku, Profesor Doktor Insinyur Raden Sengkuni SH terlalu berpikiran jauh. Pada kesempatan ini aku ingin sedikit membantah apa yang disampaikan oleh beliau. Aplikasi Photoshop yang aku gunakan, dengan cara memotong dan menempatkan kode yang berada di uang kertas seratus ribu rupiah. Kode BI, depan dan belakang uang kertas seratus ribu rupiah, aku padukan. Dan hasilnya bisa dilihat pada gambar terakhir. Terbentuklah kode BI, Bank Indonesia.
Ini adalah teknik Rectoverso, suatu teknik cetak khusus pada uang kertas di mana pada posisi yang sama dan saling membelakangi di bagian depan dan bagian belakang uang kertas terdapat suatu ornamen khusus seperti gambar tidak beraturan dan rectoverso itu membentuk ornamen lambang BI, " Bank Indonesia "
Tidak ada komentar:
Posting Komentar