Ini cerita sewaktu Lebaran Idul Fitri 1433 H kemarin. Saat saya berkunjung ke rumah teman di desa Peneket, Ambal, Kebumen, tidak sengaja saya menjumpai warung bakso di pinggir jalan. Warung bakso itu bernama Sangadah ( 9 dah ). Sanga dalam bahasa jawa berarti sembilan (9), keren juga itu punya nama. Warung bakso ini bukanya hanya tiap idul fitri saja, dan itu pun paling cuma dua minggu, termasuk warung musiman jadinya. Saya heran kenapa tidak buka tiap hari. Atau mungkin karena perputaran uang atau ekonomi di desa itu yang menjadi alasan. Jika selain idul fitri kemungkinan tidak ada pembelinya. Maklum di desa, punya beras tapi tidak punya duit.
Harga bakso tersebut sangat bersahabat, cuma Rp.7.000,- saja. Dan rasanya pun lumayan enak. Punya cerita warung bakso tersebut pernah buka di Jakarta Selatan, di daerah pasar minggu. Mungkin karena di Jakarta persaingan yang sangat ketat, hanya pemilik modal besar yang bisa bertahan. Akhirnya pemilik bakso memilih kembali ke desanya, dan hidup bertani.
Mantap rasanya |
Uenak tenan |
Selain makan bakso, mata saya lirak-lirik ke anak pemilik warung bakso tersebut. Cantik sekali itu anak perempuannya. Sampai tidak terasa jika sudah habis dua mangkok. Bidadari desa tidak kalah cantiknya dengan bidadari kota...ehmmmm.
♥♥DjB♥♥
Tidak ada komentar:
Posting Komentar