Malioboro Jogjakarta. Lebih tepatnya yaitu jalan Malioboro Jogjakarta. Malioboro sendiri berasal dari kata Malih dan Oboro yang artinya Berubah menjadi penerang. Mungkin karena lidah jawa yang suka menyingkat kalimat, Malih oboro menjadi Malioboro. Jalan Malioboro membentang di atas sumbu imajiner yang menghubungkan Keraton Jogyakarta, Tugu Jogjakarta dan puncak Gunung Merapi. Sri Sultan Hamengku Buwono I - lah yang mengembangkan sarana perdagangan ini yaitu sejak tahun 1758. Sampai saat ini Jalan Malioboro masih bertahan sebagai suatu kawasan perdagangan bahkan menjadi salah satu ikon Jogyakarta.
Keramian Malioboro tidak terlepas dari banyaknya pedagang kaki lima yang berjejer sepanjang jalan itu. Semua barang yang di tawarkan bernuansa khas Jogja. Para pedagang ada yang menggelar dagangannya dengan diatas meja, gerobak atau ada pula dengan menggelar kain plastik di lantai. Jadi jangan heran jika antar pengunjung saling berdesakan.
Di Jalan Malioboro, akan kita temui juga pasar tradisional yaitu Pasar Beringharjo. Pasar ini selalu ramai pengungjung, apalagi jika hari libur, bau ketek antar pengunjung menjadi satu. Tips belanja di Malioboro atau di pasar Beringharjo. Barang dagangan yang belum tercantum bandrol harganya silahkan tawar diatas 60 persen dari harga yang diajukan pedagang. Jangan menunjukan raut muka yang begitu kentara akan ketertarikan barang yang ingin dibelinya. Dan jangan lupa untuk membandingkan harga dari satu kios ke kios lainnya. Pokoknya jangan terburu nafsu deh !
♥♥DjB♥♥
Tidak ada komentar:
Posting Komentar