Sungguh hebatnya negeri ini. Negeri bernama Republik Sengkuni, yang berada di antah berantah. Dengan uang, semua bisa diatur dan dibeli. Hukum keadilan menjadi barang dagangan yang bisa dibolak-balik sesuai selera sang penguasa dan pemilik modal. Jeritan dan isak tangis rakyatnya tidak bisa bergema ke Singgasana Sang Raja. Mantul dan bergaung, karena tembok begitu tebal dan kokoh. Sekat berlipat-lipat.
Jadi orang kaya dan penguasa enak, perut tidak pernah kelaparan.
Hidupnya bergelimang dengan kesenangan. Bisa menguasai tanah
seluas-luasnya. Gusur dan gusur dengan alasan pembangunan, tata ruang
kota dan demi kepentingan umum. Katanya. Gedung tinggi, bermunculan. Rumah kumuh dirubuhkan dan disingkirkan karena dianggap mengganggu pemandangan.
Masa bodoh dengan nasib korban penggusuran, karena merasa sudah membeli tanah atau memberi uang kerohiman. Menipu dan membodohi rakyat kecil, itulah culasnya. Jarak sang papa dan sang kaya semakin melebar. Kesenjangan sosial semakin nyata. Seakan-akan rakyat lemah hidup di negeri asing. Bukan menjadi tuan ditanahnya sendiri. Jangan heran, jika suatu saat tejadi gejolak revolusi. Oh, Negeri Republik Sengkuni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar