Dulu tahun 2000 SM ( Sebelum Masehi ), mesin komputer masih menjadi barang langka. Mungkin menjadi benda elit karena tidak sembarang orang bisa memiliki. Perlu merogok kocek gedhe, tapi kini komputer atau laptop bisa diibaratkan semur jengkol. Harga terjangkau, merk atau produsen komputer menjamur. Konsumen disuguhi beraneka ragam atau tipe komputer sehingga bisa memilih sesuai dengan badget dan kebutuhan. Dan bentuk komputer atau laptop semakin tipis dan praktis. Bandingkan awal-awal terciptanya komputer, yang besarnya bisa semobil trailer.
Orang awampun sekarang dengan mudah menggunakannya. Tinggal klik dan drug. Dulu sekedar menulis dan membuat tabel, banyak sekali kode yang harus dihafalkan. Pening dan puyeng. Teknologi berkembang dengan pesatnya. Kehadiran komputer laksana denyut nadi manusia. Sudah menjadi alat penting demi menunjang segala aktivitas kehidupannya. Khususnya menyangkut ekonomi atau keuangan.
Kadang aku dianggap sinis oleh sebagian temanku. Pengangguran abadi dan pemalas seakan-akan menjadi label yang melekat pada diriku. Kerjanya hanya didepan komputer. Tidak punya penghasilan atau pendapatan yang menunjang kehidupanku. Ya, ada benarnya pula pendapat tersebut. Aku memang lebih suka bercumbu dengan komputer. Jemariku lebih suka menari-nari dan meraba-raba kulit mulus huruf-huruf papan keyboard. Setiap inci, aku meresapinya. Hasratku merasa tersalurkan.
Tapi, ada salahnya juga pendapat temanku atas penilaian terhadap diriku. Mungkin kekurangpahaman atau ketidaktahuan saja, bahwa komputer bisa dijadikan ladang duit. Laptop bisa menjadi mesin ATM ( Anjungan Tunai Mandiri ). Dengan didepan komputer, aku bisa memasuki lorong-lorong atau jalur finansial global. Tidak harus kena macet dan asap hitam knalpot Bus Kota. Tidak perlu berzig-zag atau memotong jalur orang lain. Tidak menyaksikan sumpah-serapah dan cacian sesama pengguna jalan raya. Duduk manis, ah..komputer bisa menjadi mesin uang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar