Tidak sia-sia, penyamaranku menjadi intelijen. Ratusan toko/swalayan sudah aku sambangi dan kini berbuah manis. Jarak lima kilometer dari rumahku, aku temukan sosok seorang ayah dari Khong Guan. Ternyata dia selingkuh. Lagi asik makan bersama istri muda dan anak perempuannya. Istri muda berambut pirang dan panjang. Teganya dia, menelantarkan istri tuanya. Lelaki macam apakah dia ?
Apakah dia tidak ingat, istri tuanya menunggu terlalu lama ? Apakah dia memang sudah bosan dengan istri tua dan lebih memilih istri mudanya ? Apakah istri tuanya sudah tidak asek lagi ? Lebih betah bersama istri muda yang lebih hangat dan repet ? Atau mungkin karena istri mudanya tampak lebih feminim jika dibandingkan dengan istri tuanya ? Atau mungkin istri mudanya lebih penurut jika dibandikan dengan istri tua yang begitu tampak galak ? Atau PT Khong Guan mendukung suami untuk berpoligami ? Pertanyaan itu bergerumul dibenak kepalaku.
Tidak tega hatiku menyaksikan istri tua Khong Guan. Pasti hatinya merana dan kesepian. Dihadapan anak-anaknya dia mencoba untuk tetap tersenyum. Mencoba untuk kokoh dan tegar. Tapi aku nyakin hatinya merana. Penuh gejolak dan berontak, tapi apa daya tulangnya kian merapuh. Ulu hatinya tertancap beribu-ribu pisau dan duri. Teriris perih nan pedih, rasa sembilu tidaklah tertahankan.
Semoga saja PT Khong Guan yang beralamat di Km. 26, Ciracas, Jalan Raya Bogor, Jakarta, Indonesia. Telepon: (021) 8710508, segera menyadarkan dan mengajak kembali pulang sosok ayah didalam kemasan biscuit kalengnya. Agar menjadi suami yang adil. Jangan sampai membeda-bedakan antara istri tua dan muda. Dan Hock Guan Biscuit yang diproduksi PT United Waru Biscuit Manufactory, Sidoarjo Jawa Timur, Kode Pos 61256 , Indonsia, menyuruh sosok ayah dalam kemasan tersebut untuk sesekali menegok istri tuanya. Jika tidak mampu menjadi sosok suami yang adil, biarkan dan relakan istri tua menjadi hakku. Kalau boleh !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar