Setiap komplek perumahan pasti ada lahan yang dipergunakan untuk fasilitas umum ( fasum). Dan sepertinya menjadi kewajiban pengembang untuk menyediakan lahan fasum. Lahan ini bisa menjadi paru-paru udara komplek perumahan sekaligus bisa menjadi tempat bersosialisasi dan bermain. Lahan fasum sangat diperlukan bagi warga atau penguni komplek perumahan. Disanalah akan terjadi interes antar sesama warga. Sehingga sesama warga komplek perumahan akan saling berinteraksi dan mengenal.
Yang namanya Jakarta. Kebutuhan lahan begitu sangat minim. Bisa dibilang, sangat susah untuk menemukan lahan luas untuk arena bermain dan berolah raga. Seandainya ada lahan kosong, pasti banyak mata yang melirik. Otak bisnis banyak yang bermain. Entah itu tanah siapa yang penting otak bisnis segera bekerja. Duit sepertinya menjadi raja. Persoalan bisa diselesaikan dengan damai alias uang pelicin. Sengketa tanah fasum perumahan komplek bea cuai Sukapura, sudah terjadi lama. Lima tahunan lebih. Pengembang tetap ngotot mendirikan bangunan walau mendapat perlawanan dari warga.
Rencanya tanah fasum ini akan dijadikan perkantoran dan ruko. Ah, jika rakyat lemah yang salah mendirikan bangunan, cepat banget bolduser itu merobohkannya. Jika orang berkantong tebal ? ah...ah...ah. Semoga saja persoalan sengketa tanah fasum Perumahan Bea Cukai segera selesai. Jika itu tanah memang tanah fosum, semoga bisa kembali seperti semula. Tanah yang berhiaskan rumput dengan arena main anak-anak. Jika bukan tanah fasum, semoga saja pengembang bisa menyelesaikan bangunannnya dengan tenang. Entahlah, kira-kira siapa yang benar dan menang dipengadilan nanti. Djangkaru Bumi sekedar menjadi penonton ! Tanah sengketa ini berada di Komplek Perumahan Bea Cukai Sukapura, Jalan Siak, Jalan Tipar Cakung, Sukapura, Cilincing, Jakarta Utara, Indonesia.
Penulis : 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar