Kadang aku iri dengan orang kota. Kehidupannya serba enak. Fasilitas semua ada dan dekat dengan rumah. Penghasilan yang tergolong gedhe. Keinginan serba mudah tergapai. Penampilan begitu gemerlap. Meriah. Beda dengan kehidupan dikampungku, yang jauh dari keramaian kota. Suara kodok dan jangkrik yang memeriahkan suasana. Selain itu senyap. Sunyi dan sepi. Temaram karena lampu jalanan yang begitu redup.
Ada keinginan untuk merantau. Tapi bingung kota mana yang harus aku tuju. Tidak ada sanak-saudara yang tinggal di kota. Ah, takut nanti jadi gelandangan karena tidak punya pekerjaan. Dan perusahan mana yang mau menerima diriku. Tidak punya skil dan pengalaman. Pendidikan rendah. Ah, kenapa aku jadi meratapi nasib begini ya ? Jadi terbawa emosi. Pemerataan pembangunan belum terasa olehku.
Terngiang kenangan waktu kecil. Susu tergolong mahal. Harga tidak terjangkau oleh orang tuaku. Yang saban harinya cuma kuli serabutan. Susu, cuma ada dimimpiku. Pantas saja badanku sampai saat ini kurus kering. Mungkin karena faktor kurang gizi. Orang tuaku hanya bisa memberikan air tajin. Bahkan sewaktu aku masih sekolah dasar, suka membuat air tajin sendiri ditambah gula jawa. Tahu kan air tajin ? Air tajin adalah air putih saat menanak nasi. Dan saat mendidik, air tersebut diambil dikit demi dikit dituang digelas. Biar ada rasa manis, tambahkan gula. Wong ndeso !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar