Kampungku jauh dari perkotaan. Sehingga wajar jika dibilang kurang hiburan. Yang punya televisi bisa dihitung dengan jari. Tabung ajaib itu masih tergolong barang elit. Nan barang mewah. Tidak terbeli olehku yang hanya kerja sebagai kuli tani. Sponsor rokok yang bisa mengerti kehausan akan sebuah tontonan murah. Tontonan film yang merakyat. Film layar tancap, aku suka menyebutnya.
Film layar tancap ini tidak tentu mainnya. Rata-rata enam bulan baru datang. Dan kehadirannya selalu ditunggu dan dinanti. Warga kampungku meminati dengan antusias. Bakda isyak, berbondong-bondong ke lapangan desa. Sarung, tikar dan bantal ikut dibawa. Dan tidak lupa membawa cemilan dan minuman kopi sebagai teman melek. Film Rambo, Film Warkop Dono, Kasino dan Indro, Film Sundul bolong dan Film Brahma Kumbara sedikit membuat decak kagum, tertawa dan menangis. Menjelang Subuh baru pulang. Ah kini, Film layar tancap kian senyap. Kian pudar dan hilang ditelan jaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar