Hatiku bukan terbuat dari baja. Ada saat meleleh, lentur, keras, padat dan kadang justru patah. Hidup ini sungguh keras. Berani hidup sungguh menakutkan. Takut kelaparan, kehilangan dan takut tidak mendapatkan kenikmatan. Keinginan yang hanya terpendam tanpa terwujudkan. Amarah yang bisa diperbuat. Menyalahkan keadaan. Kemampuan lemah, atau memang kerana tidak ada kemauan. Ah, sungguh merasahkan hati dan raga.
Rintihan-rintiahan keluh kesah yang senyap. Tidak bersayap. Berani menghadapi mati, justru lebih menenangkan jiwa. Tidak ada rasa kwatir dengan apa yang didapatkan dan apa yang belum didapatkan. Karena hidup ini sebenarnya untuk mengukur kapasitas diri, seberapa bermanfaatnya diriku untuk orang lain dan sekitarnya. Apakah aku hanya menjadi beban atau aku menjadi harapan dan tumpuhan mereka. Apakah kehadiranku berguna dan bernilai untuk sesama ? Itu yang menjadi titik poinnya.
Kelelahan batinku aku curahkan lewat bermunajat di Masjid Daarul Muttaqiin. Masjid yang berada diujung desa. Jalan berliku, pohon nyiur seakan menyambut kehadiranku dengan ramah. Melambai-lambai mengajaku untuk merenung sejenak. Menghindar dari kebisingan kota. Menyepi dan menyendiri di Masjid Daarul Muttaqiin. Pantulan warna hijau menentramkan sukma dan indra penglihatanku. Semoga lain waktu aku bisa datang kembali. Alamat Masjid Daarul Muttaqiin berada di Desa Krubungan, Kecamatan Mirit, Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar