Mungkin baru kali ini aku mengalami kendala dalam memotret. Suasana mistik sangat terasa sekali. Hasil photo ratusan, tapi entah mengapa hasilnya tidak ada yang bagus. Sebenarnya aku sudah mencoba dengan gaya/eagle segala posisi agar mendapatkan sudut pandang obyek apik. Mungkin karena sewaktu aku berjiarah ke Makam Arung Binang Kebejen, tidak berbusana rapi dan kurang sopan. Apalagi saat memotret makam didalam cungkup, banyak sekali hasil yang aku bilang gagal.
Aku dari dulu suka sekali dengan hal-hal yang berbau klenik atau mistik. Terasa ada tantangan tersendiri. Ingin menguji seberapa peka indra keenamku, karena lama tidak diasah. Makanya aku suka sekali berwisata ketempat-tempat yang dianggap sakral, khususnya makam-makam sesepuh. Sebenarnya niat utamanya adalah ingin mengetahui sejarah tempat/tokoh itu sendiri.
Awal mula aku berjiarah, lebih tepatnya sih sebenarnya ingin photo-photo, saat aku bermain di Stasiun Kotowingun, Kebumen, tidak sengaja membaca papan petujuk yang bertuliskan, " Makam Aroeng Binang Bupati Pertama Kebumen ". Rasa penasaranku, akhirnya membawaku kesana. Jarak Makam Arung Binang dengan Stasiun Kutowinangun, kurang lebih 200-an Meter.
Setibanya di area makam Aroeng Binang, Tukang Photo Bukan Photographer, Djangkaru Bumi bertemu dengan juru kunci makam yang bernama Bapak Taryono. Senang rasanya bisa ikut nimbrung ngobrol ngalor-ngidul soal agama. Dan aku akui, Bapak Taryono mempunyai pengetahuan yang lebih tentang syariat agama Islam.
Dan akupun diberi tahu sejarah singkat tentang Raden Aroeng Binang. Nama mudanya adalah " Jaka Sangkrib ". Ketika berkelana menggunakan nama samaran " Kenthol Surawijaya ". Ketika diwisuda menjadi Mantri Gladhak di Surakarta mendapat gelar " Kyai Hanggawangsa " . Pada tahun 1749 diangkat menjadi Bupati Nayaka ( kini bernama Kebumen ) oleh Raja Pakubuwono III ( Kasunan Kartosuro ).
Akhrinya Pak Taryono mengijinkan diriku untuk masuk kedalam cungkup Makam Aroeng Binang. Niat awalnya memang untuk photo-photo, dibilang terlalu songong saat memotret. Makam yang berkelambu adalah makam Raden Tumenggung Aroeng Binang dan istrinya yang bernama Dewi Nawangwulan.
Dan makam yang lainnya adalah makam anak-anaknya/keturunannya. Dan Konon katanya, photo Raden Aroeng Binang adalah hasil lukisan secara supranatural. Tapi sayang, tidak disebutkan siapa pelukisanya.
Di cungkup Makam Arung Binang, juga ada ruangan yang berisi warisan pusaka Raden Aroeng Binang. Tapi sayang, pusakanya tinggal sedikit karena ada sebagian pusaka yang dicuri dan sampai saat ini belum kembali. Sebenarnya aku sangat penasaran dengan wujud Tombak Kiai Sengkelat, Tombak Kiai Regol dan Cemeti Naga Geni yang menjadi pusaka sakti utama milik Aroeng Binang.
Area makam ini lumayan luas, dan setiap makam yang bercungkup ada prasastinya. Dari Aroeng Binang I sampai VII. Semua makam tampak unik, nilai kunonya ini yang menambah aroma mistiknya. Apalagi pohon besar dibiarkan tumbuh, terasa angker jadinya. Untuk masuk ke Makam Aroeng Binang tidak dikenakan biaya tiket, tapi alangkah baiknya pengunjung memberikan sedekah guna menunjang perawatan area makam.
Di Komplek Makam Arung Binang Kebejen juga ada mushola, bisa
dipergunakan untuk isirahat sejenak. Aku sarankan, bersuci/berwudhu dulu
sebelum masuk ke cungkup/ makam utama Aroeng Binang I, agar tidak terjadi hal-hal
diluar keinginan. Alamat Makam Arung Binang dan keturunannya berada di Dusun Kebejen, Desa Kuwarisan, Kecamatan Kutowinangun, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar