Jadi manusia bebas sungguh asek sekali, dimalam hari bisa bergentanyangan. Tidak takut dengan hal-hal penampakan. Semua menjadi indah, selama berbekal kamera handphone. Inilah cerita dimalam tahun baru, dari Jogjakarta melaju dengan roda besi ke Alun-alun Kota Kebumen. Tidak sengaja bertemu dengan pecinta photographer Kebumen, anak muda sebayaku. Suasana tambah seru, sebenarnya ada rasa minder, mereka photographer sedangkan diriku hanya Tukang Photo.
Mereka menyambut diriku dengan akrabnya. Aku melihat hasil jepretannya sungguh luar biasa. Nilai seninya sungguh tinggi. Hasil zoom obyeknya bersih dan menarik. Beda sekali dengan hasil jepretanku, asal kena. Ya, begitulah nasib Tukang Photo Bukan Photographer. Hanya berbekal nekat dan alat sederhana.
Dan mereka pun memperkenalkan atau memberi tahu nama monumen tersebut. Tugu Walet, orang kebumen generasi tua lebih mengenalnya dengan nama Tugu Lawet atau Tugu Kupu Tarung. Karena burung walet, kalau di Kebumen bernama/disebut Burung Lawet atau Burung Kupu Tarung.
Tugu Walet dibangun pada tahun 1975, tinggi 15 Meter, Arsitektur bernama Tan Giok Twan (Teguh Twan) dan Suko. Monumen Walet dibuat untuk mengenang akan kejayaan Kebumen sebagai penghasil sarang walet.
Semua itu hanya tinggal kenangan, Kini Kota Kebumen bukan penghasil sarang walet lagi. Burung Walet sudah punah. Semua tentang sarang Lawet hanya tinggal cerita. Kejayaan yang menjadi sejarah, bisnis yang tidak abadi. Sebuah eksploitasi, tanpa pelestarian dan pengembangbiakan lingkungan alam.
Tugu Walet terdiri dari lima orang yang sedang memanjat bebatuan tebing, dua patung burung walet raksasa dipuncak tugu. Alamat Monumen Walet, berada di empat jalan simpang yaitu Jalan Pahlawan, Jalan Ahmad Yani, Jalan Kusuma dan Jalan Pemuda. Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kode Pos 54311.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar