Aku suka jalan-jalan, sekedar mencari ide atau menyegarkan pikiran yang kadang dilanda kebuntuhan/jenuh. Kegalauan melanda. Hidup semakin keras. Apa yang aku harapkan, kadang tidak sesuai dengan keinginan. Pada saat itulah, emosi, gejolak amarah menumpuk. Meletup-letup, terasa ingin meledak. Kepada siapa aku harus marah ? Daya semakin lemah. Energi semakin terkuras. Ronga-rongga tulangku semakin keropos.
Artikel ini, terinspirasi saat aku naik mobil angkutan. Kenapa kaca depan mobil ukurannya lebih besar daripada kaca spion ? Kenapa kaca spion dibuat ukurannya lebih kecil ? Dan kenapa sang sopir lebih focus melihat kedepan daripada melihat kebelakang ? Dia hanya sesekali melihat kaca spion, untuk memastikan keadan sisi kanan-kiri dan belakang aman. Sebuah pertanyaan yang menggelantung dikepalaku. Aku mencoba untuk merenung mengambil hikmah atau filosofi dari kaca mobil dan spoin.
Belum sempat berpikir, tiba-tiba aku dikejutkan dengan pesan WhatsApp " Kenapa aku selalu menjadi tokoh jahat dalam cerita di blogmu ? Seolah-olah aku tidak pernah ada sisi baiknya di matamu ". Pada saat itulah, aku bisa mengambil analogi kehidupan antara kaca depan mobil dengan spion. Masa lalu diibaratkan dengan kaca spion. Dan kaca depan mobil ibarat masa yang akan datang.
Sesekali kita memang perlu menoleh ke masa lalu, agar kita bisa mengambil hikmah dan pelajarannya. Jangan sampai kesalahan terulang kembali. Masa lalu menjadi bekal untuk menuju masa depan yang lebih baik.
Terlalu mengingat masa lalu, ada rasa sakit saat hati dibuat kecewa. Juga ingin bernostalgia, saat ingat kemesraan, kebahagian dan kejayaan tatkala itu. Tapi aku harus ingat, waktu tidak pernah bergerak mundur, waktu selalu berjalan dengan cepatnya. Aku tidak akan pernah bisa menghentikan waktu, walau hanya sejenak. Jika aku berdiam diri dan tidak bergerak, aku terlindas oleh roda kehidupan. Aku termasuk dalam golongan orang yang merugi.
Aku tidak boleh meratapi masa lalu dan aku tidak boleh terjebak dengan kesuksesan masa yang telah usang. Aku harus bisa mensyukuri dan menikmati hari sekarang, inilah hari-hari yang aku miliki. Hari yang harus aku pergunakan dan aku sisi dengan hal baik. Demi meraih masa depan yang cemerlang. Dan aku tidak boleh terlalu mencemaskan masa depan, hari yang belum tentu menjadi milikku. Aku harus berani menghadapi dengan gagah berdiri. Dan aku pun tahu, masa depan penuh rintangan. Penuh dengan hal-hal yang diluar keinginan. Semua hasil akhirnya, aku pasrahkan kepada kehendak Tuhan. Kewajibanku hanya berikhtiar, ihsan/bersungguh-sungguh dan berdoa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar