Siapa sih yang tidak kenal Ancol ? Wisata pesisir utara Jakarta yang tersohor itu. Tempat wisata yang menyajikan segala wahana/permainan sekaligus menyuguhkan keindahan pantainya. Area wisata yang tergolong luas, rerimbunan pohon masih menyegarkan mata. Sejuk, seakan terasa bukan di Kota Jakarta. Tempat wisata yang selalu menjadi primadona anak-anak dan keluarga. Tidak akan pernah bosan untuk selalu berkunjung, apalagi musim liburan sekolah. Dijamin tempat wisata Ancol, padat riuh.
Aku sendiri sudah puluhan kali piknik ke Ancol, dan selalu ada kerinduan untuk mengenang kembali. Malam minggu, malam yang aku tunggu dan kunanti untuk duduk manis dibibir pantai. Menyaksikan, matahari tenggelam. Warna jingganya, membuat hatiku terpana, betapa indahnya cakrawala. Angin sepoi-sepoi seakan-akan membawa kabar dan membisikan telingga " Betapa indahnya dunia ini ".
Dan pikiranku pun melayang-layang. Mengenang jejak romantis yang pernah terpahat dibatu karang. Pahatan itu tidak mau terhapus walau dideru ombak pantai. Abadi dan kekal. Disinilah cintaku tumbuh bersemi dan disinilah pula cintaku harus berakhir. Ah sebuah cerita tentang kepiluhan. Cinta yang tinggal kenangan.
Dan yang menjadi pertanyaanku, kenapa air laut tidak jernih lagi. Dulu warnanya kebiruan bening tapi kini hitam dan bercampur lumpur pasir. Ada rasa enggan untuk mandi. Dan kini hampir disepanjang tepi pantai dibuat tanggul karena daratan posisinya semakin rendah daripada lautan. Hamparan pasir putih tidak seluas jaman dahulu juga. Walau bagimanapun juga, Ancol telah membuatku kecangkol. Selalu ada cerita yang tidak pernah usang untuk dikenang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar