Saya mau cerita lagi kesukaan saya yang gemar nongkrong di depan gerbang sekolah. Selain saya naksir sama bu guru cantik, masih ada juga seorang perempuan cantik yang saya incar. Dia bekerja sebagai staf perpustakaan. Badannya seh kurus tidak terlalu gemuk, wajahnya cantik. Dan kalau dia tersenyum tampak gigi gingsulnya. Tambah manis. Ruangan isi hatiku dibuatnya mekar semerbak. Gembira dan senang. Ada sesuatu yang berbeda. Ah itu kah namanya cinta?
Atau saya itu terlalu kepedean? Atau mungkin dia juga merasakan apa yang aku rasakan? Geteran hati yang susah untuk diceritakan. Dan hanya bisa diekspresikan dengan sebuah polah yang salah tingkah. Entahlah. Yang jelas, jika dia tidak tampak dalam sehari saja. Ada rasa kekosongan didalam kalbuku. Apakah itu sebuah rindu?
Aduh pembicaraan saya ini kok semakin tidak jelas. Ngawur, tanpa juntrung. Ya, begitulah, saya itu memang lemah jika lihat wanita cantik. Mudah tergoda. Saya itu belum punya pacar, tapi keinginannya terlalu muluk. Incaran dan target calon pacar tidak cukup satu. Dua wanita sekaligus. Ya, semoga saja, kedua wanita tersebut juga punya rasa cinta. Pastinya cinta pada saya.
Dah ah, kembali ke judul saja. Martabak unyil, pernah mengalami kejayaan sekitar tahun 2010-an. Hampir di tiap gang atau sudut jalan ada penjualnya. Dulu harganya sekitar Rp.5.000-an. Tapi kini mulai menggeliat lagi, dengan ukuran yang lebih kecil terus dengan aneka rasa. Yang harganya Rp.2.000,-. Sangat terjangaku bagi anak-anak.
Martabak Mini Pelanggi, penjualnya bernama Mas Shodik asal Pekalongan. Dia menjual martabak mini dengan sistem setor, sehingga bahan-bahan dan peralatan juraganlah yang menyediakannya. Saya sempat mengobrol sejenak, keuntungan dari jualan martabak mini pelangi ini sungguh menggiurkan. " Lumayanlah, bikin hati hepi ", itu katanya. Setiap hari selalu habis. Ludes terjual, di borong anak-anak sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar