Pagi begitu indah, tapi entah mengapa tidak seindah dengan suasana hati saya. Galau dilanda keresahan akan masa depan. Matahari yang bersinar dengan hangat, tidak mampu menembus kedalam ruang hati. Istana kalbu tetap terasa kedinginan. Tubuh pun terasa menggigil. Gemetar. Sebuah rasa ketakutan yang datang dengan tiba-tiba. Masa yang belum pernah saya lewati bahkan wujudnya pun saya tidak bisa membayangkan. Tapi entah kenapa, masa depan itu tampak angker dan menyuramkan. Saya dirundung kecemasan.
Jika pikiran dan hati sudah tidak singkron lagi. Saya mencoba untuk keluar rumah. Saya tidak ingin larut dengan kesedihan dan ratapan. Yang akan membuat fisik melemah. Jiwa pun kehilangan arah dan keseimbangan. Takut setan datang dan mengajak saya untuk bunuh diri, dengan cara gantung atau minum racun. Saya tidak ingin terjadi berita heboh, yang membuat wajah saya terpajang di surat kabar atau media sosial.
Tidak sengaja saya berjumpa dan sempat ngobrol ngalor-ngidul dengan seorang penjual seblak kerupuk yang mangkal di dekat rumah. Sebuah obrolan ringan tapi mampu memberi bara semangat untuk bangkit. Bahwa harapan dan impian masa depan itu masih ada. Lukisan masa depan itu begitu indah. Jadi tidak perlu ditakutkan atau dicemaskan. Jalani dengan semangat, bekerja dengan giat dan jangan lupa berdoa. Ikhtiar dan ikhtiar terus.
Penjual seblak kerupuk ini bernama Bapak Ahmad Shodikin asal Cirebon. Walau dia seorang penjual seblak. Tapi mampu membeli tanah dan telah dibangun rumah dikampung halamannya. Anak-anaknya sekolah dibiayai dari hasil menjual seblak pula. Sungguh luar biasa, penjual seblak kerupuk pun mampu menjadi jutawan. Mampu menghidupi dan mencukupi kebutuhan keluarganya.
Bapak Shodikin jualan seblak kerupuk menggunakan kendaraan bermotor. Semua bahan diracik dan dibuat sendiri. Rasa seblak kerupuknya juga nikmat dan sedap sekali. Pantas saja, anak-anak sekolah menyukainya. Diserbu dan cepat ludes terjual. Aduh, kapan saya bisa menjadi jutawan seperti penjual seblak itu ya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar