Kadang saya itu berpikir, kenapa saya ini terus mendapatkan undangan pernikahan atau resepsi. Tapi saya sendiri sampai saat ini belum pernah menemukan jodohnya. Bujang lapuk kata orang. Sampai emak saya itu malu, punya anak kok tidak laku-laku. Takut jadi perjaka tua. Terus apa gunanya saya dulu itu dikhitan atau disunat, mubazir gerutu emak saya. Ah, dasar orang tua cerewet dan bawel. Emang hati saya juga tidak nelangsa? Emangnya saya tidak berupaya?
Kalau dipikir, tampang saya kan juga tidak jelek-jelek amat. Tapi entah mengapa, wanita enggan mendekat. Takut dan kawatir kena rabies kah? Ah emangnya saya punya penyakit itu. Jika punya pacar, paling banter bisa bertahan satu bulan. Saya diputus tanpa kabar. Ada rasa nelangsa. Sakit hati tak terkira.
Makanya setiap dapat undangan pernikahan. Hati ini semakin menderita. Teman dan tetangga saya sudah menemukan jodohnya. Terus saya kapan? Masih jauh kah calon pendamping hidup saya? Keluh dan kesah yang saya panjatkan dalam setiap doa. Tapi tetap saja belum ada jawaban atau belum terkabulkan. Oh Tuhan, jadi bujang itu tidak enak. Makan dan tidur sendirian. Menjadi santapan nyamuk nakal.
Ya, kali ini saya menghadiri resepsi pernikahan Gion Adi Eka Pranda dan Nur Azizah Satibih. Acaranya begitu meriah. Ada panggung hiburan, musik dangdut. Ramai sekali. Pengantin atau mempelainya dari pagi sampai malam dipanjang. Tamu datang tiada hentinya. Teman dan saudara dekat atau jauh rela untuk menghadiri undangan. Saya pun hanya bisa berdoa, semoga menjadi keluarga sakinah, mawadah dan waramah. Dan semoga pula, saya segera bisa menyusul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar