Kadang iri melihat keuletan dan semangat anak muda seusia dengan saya ini. Sebut saja namanya kang Zain. Walau lulusan Srata 1 (S1), tapi dia tidak malu bekerja sebagai penjual kangkung. Kalau di kampung saya, nama kangkung ini lebih familiar dengan sebutan kangkung cabut. Sudah lama dia menekuni sebagai penjual kangkung. Seharinya bisa menjual 160 gabung kangkung, bahkan bisa lebih. Satu gabung kangkung berisi 20 ikatan kangkung kecil-kecil.
Saya sudah lama mengamati kegiatan kang Zain ini. Dan baru punya kesempatan mengobrol sejenak. Saya beranikan diri untuk mengganggu waktu kerjanya. Sambil sedikit wawancara ringan. Walau sebenarnya saya ingin berbincang lama. Tapi ada perasaan sungkan. Kang Zain berasal dari daerah Kuningan. Dia bekerja sebagai penjual kangkung meneruskan rintisan usaha orang tuanya.
Sepintas jualan kangkung ini tampak sepele. Ternyata keuntungannya sungguh luar biasa. Karena kang Zain, kangkungnya bukan dijual di pasar tapi langsung disetor/didrop ke Warung Sea Food. Saya pun keheran-heranan dan tidak percaya sehingga mengulangi pertanyaan yang sama. Dan jawabannya tetaplah sama, didrop ke warung sea food.
Saya baru tahu jika warung sea food itu ada olahan atau masakan kangkung. Yang setahu saya, sea food itu semua masakannya jenis ikan laut karena sesuai namanya saja sudah sea food. Tapi ternyata, ada masakan jenis kangkung juga.
Keuntungan satu gabung kangkung bisa lima ribuan rupiah. Kalau dikalikan 160 gabung kangkung? Wah hebat, kepala saya dibuatnya geleng-gelang. Ya begitulah, jika usaha sudah menemukan jalannya, rezekipun tidaklah terkira. Pastinya, awal perjuangan mencari pelanggan atau konsumean juga penuh dengan pengorbanan. Kejujuran dan tepat janji dalam menyedikan barang menjadi modal utama. Jempol untuk kang Zain, lulusan sarjana rela menjadi penjual kangkung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar