Rakyat miskin itu bisa jadi bukan karena malas bekerja. Tapi bisa jadi negaralah yang memiskinkan rakyatnya. Lah kok bisa? Hal itu dikarenakan akses pendidikan yang sangat mahal, infrastutur yang tidak mendukung, tidak adanya pelatihan atau pendampingan ketrampilan, tidak dibantu permodalan dan pemasaran produksinya. Sampai saat ini pun menurut pendapat saya, pendidikan masih tergolong sangat elit.
Saya begitu kaget, saat membaca berita online yang menyebutkan bahwa Kabupaten Kebumen menduduki peringat kedua kabupaten termiskin di Jawa Tengah. Dengan jumlah angka kemiskinan 21,23 persen. Sebuah berita yang membuat saya tidak percaya.
Sampai saat ini, saya masih suka jalan-jalan ke daerah Kebumen. Jika ada waktu senggang atau luang, saya menyempatkan diri main kesana. Kalau jaman dulu, iya, saya masih dengan mudahnya menjumpai rumah-rumah warga Kebumen (daerah pesisir selatan khususnya) yang terbuat dari papan kayu dan seng. Berdinding dan beratapkan seng, itupun tidak tertutup dengan rapat atau sempurna.
Belum lagi infrasturur yang tidak baik. Jalan masih bebatuan belum diperkeras atau diaspal. Yang membuat saya lebih prihatin adalah dengan mudahnya saya menjumpai orang tidak waras kejiwaannya. Dalam hitungan beberapa kilometer, saya dengan mudahnya berjumpa dengan orang seperti itu. Dalam hati ini bertanya, kenapa bisa seperti itu? Kenapa jiwa mereka mudah goyah dan rapuh?
"Semua itu karena faktor ekonomi", jawaban dari salah satu sesepuh desa yang pernah saya singgahi. Pada umumnya, orang yang sakit jiwanya itu awal mulanya adalah perantau. Tidak kuat mental dirantauan, entah kerena soal cinta atau tekanan kerja, berakhirlah dengan gila. Pemuda Kebumen memang lebih suka pergi merantau, karena lapangan kerja di daerahnya yang sangat minim. Perputaran perekonomian yang sangat lambat. Itu dulu.
Kalau menurut pengamatan saya. Kabupaten Kebumen itu memiliki sumber daya alam yang sungguh luar biasa. Memiliki bibir pantai selatan yang begitu memanjang. Tanah pertanian yang begitu suburnya. Belum sentral-sentral industri kecil atau rumah tangga, semisal genting yang menjamur. Kenapa bisa menduduki peringkat kedua kabupaten termiskin di Jawa Tengah?
Sebuah pertanyaan yang membuat saya mengelus dada. Belum lagi saya mendengar kabar dari salah satu warga Kebuman yang mangatakan bahwa Bupati Kebumen (periode 2016-2021) Mohammad Yahya Fuad sedang ditahan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Atas tuduhan menerima gratifikasi. Wealah, Kabupaten Kebumen yang mulai menggeliat pembangunannya sejak dipimpin oleh Ibu Rutringsih haruskah terpuruk kembali?
Artikel ini hanya sekedar obrolan warung kopi. Awal dan ujung yang tidak jelas runut dan pangkalnya. Hanya sebuah kegelisahan dan pemikiran picik dari wong cilik. Semoga Kabupaten Kebumen tambah maju dan jaya warganya. Banyak lapangan kerja, dan pertumbuhan ekonomi melesat dengan cepat. Kebumen makmur, itulah harapan saya.
Kebumen hampir sama dengan Purworejo. Lokasi yang berdekatan dan sama-sama wilayah yang di dalamnya terdapat jalur utama dari Purwokerto menuju Yogyakarta. Menurut saya, bukan karena kabupatennya yang tidak membangun, dukungan dari provinsi belum maksimal. Bukan hanya Kebumen, hampir di sebagian besar wilayah Jateng, sama nasibnya. Semoga saja Jawa Tengah di masa depan akan lebih baik lagi.
BalasHapus