Menikmati hari libur dengan jalan-jalan berwisata. Melepas kepenatan dan kejenuhan pikiran. Sejenak melupakan routinitas yang melelahkan. Ibarat kata, badan dan pikiran perlu dimanjakan. Diberi kebebasan untuk melihat-lihat pemandangan luas. Dengan harapan, yang tadinya suntuk, berubah menjadi menggembirakan.
Hari masih begitu pagi. Tapi terik matahari begitu panasnya. Sinarnya menyilaukan mata. Pori-pori kulit terasa terbakar. Belum lagi, debu jalanan beterbangan. Menambah bau amis semakin penyengkat. Kebisingan roda mobil kontainer, menambah keramaian jalanan. Ya, jalan raya cilincing tidak pernah sepi dari lalu-lalang mobil besar.
Hal rintangan itu tidak menyurutkan aku untuk berwisata ke Tempat Pelelangan Ikan, Kampung Nelayan Cilincing. Dulu, setiap akhir pekan, aku sering berkunjung kemari. Bermalam minggu bersama sang mantan. Tempat yang romantis untuk memadu kasih. Dengan menyewa perahu, duduk berdua di tambak tengah pantai.
Tambak yang terbuat dari tiang-tiang bambu. Aduh betapa mesranya dulu. Angin yang berhembus, seakan-akan alunan musik simphoni. Membelai hati dua ingsan yang dimabuk kasmaran. Deru ombak silih berganti, tidak bosan-bosannya menggoda diriku. Ah mungkin dia iri, melihat diriku yang lagi berpelukan mesra. Bercengkrama dan bermanja.
Romantisnya cinta, yang tidak bisa terlupakan. Hal itu semua telah berubah. Dan hal itu hanya menjadi kenangan manis belaka. Sepeti halnya Kampung Nelayan Cilincing yang sudah berbenah. Deretan perumbahan nelayan yang semakin padat. Perahu-perahu nelayan yang semakin banyak jumlahnya.
Senang dan terhibur rasanya. Bisa menyaksikan aktivitas dan kesibukan para nelayan. Memasak dan makan di dalam perahu, tapi mereka tetap menunjukkan wajah cerianya. Tidak tampak keluh kesah. Mereka menikmati dan mensyukuri profesinya. Dan anak-anak nelayan, berlari-lari dengan riangnya.
Pantai Cilincing yang tidak pernah tertidur. Pantai yang selalu sibuk. Bongkar-muat barang nelayan terus silih berganti. Tapi ada hal yang perlu disayangkan, kenapa air pantai semakin hitam legam. Pekat sekali. Sebuah pertanyaan entah kemana tertuju dan entah apa jawabannya. Akankah air pantai ini bisa jernih kembali?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar