Email: djangkarubumi@yahoo.com

Kenapa Tahun Politik Terjadi Kelangkaan Gas 3 Kg?

Kelangkaan Gas 3 Kg

Entah tahun berapa saya lupa, gas 3 kg atau yang lebih terkenalnya dengan gas milon menjadi ajang bahan kampanye saat pemilihan presiden. Semua kubu saling mengklaim, bahwa kebijakan atau digelontorkan gas 3 kg berkat idenya. Berkat keberhasilannya dalam berpihak ke rakyat sebagai pengganti atau konversi dari penggunaan minyak tanah. Sehingga saat pemilu tersebut, entah dimedia elektronik atau cetak, mudah dijumpai orang atau tokoh berphoste dengan gas milon. Benar-benar mirip artis saja gas 3 kg saat itu. Begitu tenarnya.

Nah saat gas milon sudah menjadi kebutuhan wajib, dengan hilangnya bahan bakar minyak tanah. Dengan dipastikannya, kini rakyat sudah hampir beralih menggunakan gas 3 kg dalam urusan memasak. Ternyata pemerintah kewalahan juga dalam menyediakan keberadaan gas 3 kg dilapangan. Peminat maupun penggemar gas 3 kg, gas yang bersubsidi membludak, diluar kendali. Diluar perkiraan pemerintah.

Gas milon yang sempat digadang-gadang dan menjadi kebanggan pemerintah, kini menjadi bomerang sendiri. Pemerintah serba-salah dan serba repot jika berbica tentang gas 3 kg ini. Dan konon katanya, keberadaan gas bersubsidi ini menggerogoti anggaran belanja pemerintahan. Pemerintah sudah pontang-panting. Dari rencana penjualan dengan sistem tertutup yang belum terwujud. Membatasi peredaran agar tepat sasaran, ternyata juga amburadul.

Sedangkan rakyat, tahunya kelangsungan dan keberadaan gas milon harus tetap ada. Dengan harga yang murah pula. Harus ada dipasaran dan mudah didapatkan. Rakyat enggan beralih ke gas 5 kg maupun yang 12 kg, karena harganya yang mahal. Sudah gitu, repot membawa atau menentengnya.

Sudah dua minggu ini, menurut pengamatan saya. Wah saya ini benar-benar mirip pegawai kementrian perdagangan saja. Suka sidak, dan suka mengamati peredaran produk pasaran. Stock gas 3 kg sulit didapatkan. Sebagian warga atau masyarakat, harus rela keliling warung ke warung untuk mendapatkan gas milon ini. Warung pun tidak akan menjualnya, jika pembeli itu bukan langganannya. Seandainya menjual pastinya dengan harga yang tinggi, berkisaran diatas dua puluh ribuan rupiah.

Sungguh ironi. Ditahun politik, keberadaan gas subsidi 3 kg sampai mengalami kelangkaan. Gas 3 kg bukan saja berbicara soal urusan dapur saja. Tapi juga bisa menjadi bahan konsumsi politik. Jika rakyat lapar, suaranya akan keras melengking. Dan lebih parahnya bisa melawan. Semoga saja, pemerintah segera bisa mengatasi keberadaan gas subsidi ini. Rakyat kenyang, pikiran tenang dan  tidurpun nyenyak. Kalau pemerintah saat ini jika ingin menang kembali.

Berita Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Back To Top