Hidup penuh dengan misteri. Kadang ada suatu hal yang diluar rencana atau perkiraan. Kejadian yang datang tiba-tiba tanpa diduga. Pasti akan membuat terkejut. Pikiran jadi tidak karuan. Keruh dan ruwit. Seperti benang kusut. Detak jantung tidak jelas iramanya. Badan keringat dingin yang tidak jelas rimbanya.
Sepertinya sudah menjadi takdir, bahwa manusia itu akan diuji dengan rasa ketakutan. Rasa cemas. Takut akan kekurangan makan, takut dengan kehilangan yang dicintainya dan takut akan sebagainya. Dan sepertinya hal itu terus akan terjadi. Walau sebenarnya saja, rasa takut itu hanya sekedar bayang-bayang. Sebuah ketakutan yang diciptakan oleh dirinya sendiri.
Ada rasa penyesalan, merasa bersalah dan berdosa dengan suatu hal kadang juga bisa menyebabkan ketakutan juga. Seakan-akan menjadi manusia yang tidak berdaya. Menjadi manusia sampah yang tiada guna. Atau merasa menjadi manusia gagal yang hanya menjadi benalu.
Kalau stres sudah datang. Seakan-akan langit runtuh. Tiada lagi ada harapan yang digantungkan. Bumi tempat berpijak bergoyang, dan seakan-akan pula tidak ada tempat untuk berpijak lagi. Air kehidupan, tampak mengering. Gersang dan panas membara.
Itulah sekilas gambaran stres. Kalau saya pikir, memang benar kata guru saya, "Orang miskin itu cobaannya adalah sifat putus asa". Dan jika sudah putus asa datang, biasanya lupa dengan kemurahan Tuhan. Lupa bersyukur dengan anugrah yang didapatkannya. Nah, datanglah bisik-bisik setan yang menyesatkan.
Obat stres yang paling sederhana adalah ngerumpi. Berkumpul dengan teman, agar bisikan setan itu tidak menjadi-jadi. Ngopi bareng, atau bercerita ngalor-ngidul yang sekiranya bisa melupakan permasalahan. Menghibur diri. Dan saat ngerumpi itu, saya juga mengerti, bahwa setiap orang punya romantika kehidupannya sendiri. Masih ada orang yang lebih tidak beruntung. Aral melintang dan onak duri lebih berat daripada yang saya hadapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar