Seharian keluar rumah. Keliling kota, untuk cuci mata. Dirumah kadang jenuh. Belum lagi, suasana kamar yang pengap. Sirkulasi udara yang tidak sempurna. Maklumlah, hidup di Ibu Kota bangunan sangat padat. Berdempet pula. Kanan-kiri, belakang serba tembok. Depan rumah, ada ruang satu meter itu pun sebagai akses jalan. Sempit bukan?
Hidup di Jakarta, harus tahan mental dan fisik. Tidak boleh mengeluh. Apa pun yang terjadi harus dihadapi. Suka-tidak suka, tetaplah harus dinikmati. Berkeluh-kesah? Aduh tidak ada gunanya. Justru akan menambah merana. Badan jadi ringkih, penyakitlah yang nanti akan ngantri berdatangkan. Maka harus bersikap cuek. Jalan dan maju terus.
Kawasan Berikat Nusantara Cakung, atau yang lebih terkenalnya dengan nama KBN Cakung. Bagi generasi tua menyebutnya Bondet. Yang lebih tua lagi menyebutnya Bulog, kerena dulu kawasan tersebut menjadi gudang bulog. Gudang beras gitulah.
Hari ini adalah hari terakhir karyawan KBN Cakung kerja. Cuti libur lebaran. Dan penerimaan uang THR pula. Sungguh ramai sekali saat jam pulang kerja. Pulang serentak. Seluruh perusahaan yang ada di kawasan KBN Cakung budal bareng. Pantaslah jika berdesak-desakan di pintu keluar kawasan.
Karena sebentar lagi lebaran. Bisnis yang paling laris adalah penukaran uang kertas baru. Ada puluhan orang yang membuka bisnis penukaran uang baru ini. Dan saya perhatikan semuanya serba ramai. Banyak orang yang menukarkan uang lamanya dengan uang baru.
Berapa potongan penukaran uang baru ini? Setiap jumlah seratus ribu rupiah keuntungannya adalah sepulu ribu rupiah. Jadi uang kertas seratus ribu baru dihargai seratus sepuluh ribu. Entah itu lembaran yang nominalnya dua ribu, lima ribu, sepuluh ribu maupun dua puluh ribu. Agak sedikit ribet menjelaskannya ya? Pokoknya silih, mahar atau jasanya sepuluh ribu rupiah gitu deh.
Keuntungannya lumayan bukan? Dan jasa penukaran uang baru ini, tiap tahun menjelang lebaran selalu diserbu masyarakat. Dari pada menukarkan di bank yang memakan waktu lama. Lebih praktis ke jasa seperti ini. "Sebagai uang ganti lelah maupun bensin", tutur orang yang saya temui. Soal Fatwa Haram? Mereka pun tidak menggubrisnya. Yang penting nanti ponakan maupun saudara senang dengan uang kertas baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar