Semangat untuk menulis itu gede banget. Tapi kok ada rasa malas untuk membuka komputer PC maupun laptop. Tampak lebih asek main media sosial maupun nonton video youtube. Coba seandainya ngeblog itu semudah bermedia sosial. Tidak ribet dengan tools yang bikin pening mata. Pastinya bisa tiap hari menulis. Jangankan sehari satu artikel, sepuluh artikel sehari pun pastinya bisa.
Walau sebenarnya bisa seh, menulis lewat perangkat mobile, tapi ya itu tidak leluasa saat mengedit artikelnya. Sebab apa, kalau sudah bicar ngeblog, banyak sekali hal-hal yang harus disertakan saat menulis. Semisal menyertakan link internal, membuat title image, membuat tauatan permanen yang seramah mungkin dan sebagainya.
Dah ah, saya ingin mengenang saat merantau di Jakarta. Walau saya, sebenarnya itu tidak ingin pergi jauh dari kampung halaman. Seandainya harus keluar kandang, paling tidak masih berdekatan dengan kota kelahirannya. Tidak mau yang jauh-jauh, apalagi harus ke Jakarta. Kota yang terkenal dengan keras dan kejamnya.
Tapi apa daya, ternyata, saya harus dan terpaksa merantau juga. Dikarenakan, dikampung tidak kunjung mendapatkan pekerjaan. Walau sebenarnya sudah kerja sebagai guru honorer. Tapi, terlalu kecil gajinya. Yang saat itu masih berkisar 200ribu sebulan. Jiwa muda ini memberontak, dan akhirnya harus hengkang juga.
Di Jakarta, saya menjadi kuli pabrik. Dan untungnya saya tidak terlalu lama menjadi pengangguran. Karena rajin melamar kerja kesana-kemari, entah yang datang langsung ke perusahaan maupun yang lewat surat kantor pos. Hampir mencapai ratusan lebih surat lamaran yang saya kirim. Dibutuhkan sebuah perjuangan yang panjang dan ekstra sabar. Aduh, ternyata Jakarta benar-benar kota yang penuh persaingan.
Itu baru soal mencari pekerjaan. Belum lagi soal mencari tempat tinggal, alias kontrakan atau kost. Benar-benar sulitnya. Bangunan yang baru dipondasi saja, itu sudah menjadi rebutan. Sudah ada yang memesan atau memberi uang muka. Kalau bahasa jawa, uang panjer.
Ya, akhirnya saya harus tidur di masjid. Salah satu masjid yang menjadi kenangan saya adalah masjid Jami Assholihin yang berada di daerah Cakung Barat, Jakarta Timur. Kalau siang kerja di pabrik, malamnya tidur di serambi masjid.
Tidur tanpa tikar, tidak kebayang betapa dinginnya. Belum lagi, nyamuk-nyamuk nakal yang sering menggigit. Benar-benar tersiksa. Tapi saya berusaha untuk menikmati tantangan itu. Sampai saya mendapatkan kontrakan. Oh iya alamat Masjid Jami Assholihin berada di Balai Rakyat Cakung, Gangg Mesjid No.20, RT.7/RW.8, Cakung Barat, Cakung, Kota Jakarta Timur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar