Sering saya itu mengatakan, bahwa jadi bujang itu enak sekali. Kemana pun pergi sesuka hati dan leluasa. Tak ada batasan waktu yang mengikat. Bebas pokoknya. Loncat sana kemari, nemplok sana-sini, tak ada yang gondeli. Tidak ada yang mengekang, tidak ada yang sok ngatur. Pokoknya enak deh. Makanya saya itu sangat menikmati kesendirian ini.
Sempat seh, punya pacar hanya bertahan dalam hitungan hari. Lebih baik putus, daripada nasibnya kayak layangan. Hanya ditarik ulur. Datang saat membutuhkan. Dan pergi begitu saja, jika merasa tak punya kegalauan. Emangnya saya tong sampah, hanya sebagai tempat pelampiasan sesaat. Tempat membuang barang yang tak berguna, bahan sebagai tempat sumpah serapah. Eleh..., lebih baik sendiri.
Saya kan juga butuh perhatian dan kasih sayang. Hati ini kan juga ada rindu. Karena hati ini bukan terbuat dari batu. Bahkan hati saya ini terlalu lembut. Mudah sekali dilanda cemburu. Maklumlah, yang namanya baru hangat-hangatnya berpacaran. Jadi rasanya itu masih greng, arus setrumnya itu tegangan tinggi. Eh, dianya main geprek saja. Suka sekali acuh dan menyakiti hati.
Aduh, ingat geprek kok jadi ingat makanan. Alias ayam geprek, menu ayam khas djogjakarta. Yang lagi trend itu lo. Sebenarnya sih sudah lama, hanya tahun ini yang benar-benar viral. Hampir dimana-mana, ada saja warung ayam geprek. Tahu kan ayam geprek? Daging ayam goreng yang nantinya diulek, ditumbuk atau digeprek diatas ulekan dicampur dengan bumbu-bumbu masakan yang telah diongseng. Karena saat mengulek menghasilkan suara, prek-prek. Makanya disebut ayam geprek.
Kalau bicara soal ayam geprek, saya punya langganan. Dan saya sudah lama mengenal pemiliknya. Warung Ayam Geprek Mbak Rohmah Khas Djogjakarta, yang beralamatkan di Gang H Malik, Jalan Tipar Cakung, Sukapura, Cilincing, Jakara Utara. Yang berdiri sejak tahun 2014. Wow tergolong lama juga kan? Ayam Geprek yang terus bertahan.
Pemilik warung ayam geprek ini namanya mbak Rohmah, masih kuliah. Saya sendiri lupa apa jurusan yang diambilnya. Maklum, kalau ngobrol sama perempuan cantik itu, bawaannya grogi dan gemetar saja. Entah kenapa tidak begitu punya nyali dan percaya diri. Apalagi, mbak Rohmah itu tergolong orang sukses, dalam usia yang masih muda sudah punya usaha. Wirausaha muda. Aduh, saya hanya bisa tarik nafas saja.
Warung Ayam Geprek mbak Rohmah Khas Djogjakarta ini bukanya jam 12 siang dan tutupnya jam lima sore. Jam buka yang terlalu pendek ya? Iya, jam lima sore, ayam gepreknya sudah ludes. Sudah habis. Laris manis pokoknya. Harus rela antri pokoknya. Karena rasanya memang mantap dan lezat. Mak nyusss!
Kenapa tidak sampai malam? Saya sempat ngobrol dan bertanya dengan mamaknya Mbak Rohmah. Sekalian pedekate dengan keluarganya. Siapa tahu dapat sinyal lampu hijau. Jawaban dari mamaknya, "Tangannya sudah capek, karena ngulek bumbu". Tidak sampai malam saja kadang ayam gepreknya sudah tersikat habis. Yang jelas, omzet Ayam Geprek mbak Rohmah Khas Djogjakarta sangat gede deh. Hemm, bolehkah saya daftar jadi mantu? Lembe duwer, kalau ngomong asal saja. Yang namanya usaha brow! Eh, jangan lupa subscribe channel youtube saya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar