Sudah dua bulan diberlakukan karantina wilayah di kota Jakarta. Dan hasilnya juga belum memuaskan. Warga yang dihimbau untuk tinggal di rumah, atau kerja dari rumah, ternyata tidak efektis juga. Aparat kepolisian dan satpol PP melakukan razia, membubarkan keruman dan menutup tempat usaha. Tetap saja, masyarakat enggan untuk mematuhinya. Masih dengan mudah sekali, ditemukan kerumunan atau keramaian. Entah itu sekedar kongo-kongo atau kerumanan masa yang dibalut dengan agama. Peninglah aparat setempat.
Tempat ibadah yang dihimbau juga untuk lebur sementara, selama karantina tetap juga melakukan ritualnya seperti biasanya. Pastinya banyak alasan. Dan kalau dipikir masuk akal juga alasan penolakannya itu. "Orang mau ibadah kok dilarang segala, emang dunia mau kiamat", Gerutu orang tua. "Takut amat sama korona, sampai meninggalkan ibadah, takut itu sama Allah sang pencipta Korona", tambah gerutunya. "Kalau emang sudah waktunya mati ya mati, kenapa harus kawatir sama korona" Tambah petuahnya.
Kalau kita perhatikan, emang tidak ada yang salah. Dan itu memang betul. Itu ilmu hakikat tertinggi, dan saya setuju sekali. Ini masalahnya kan, kita tidak tahu siapa yang sakit. Kalau ketahuan yang sakit, enak kita. Tinggal kita suruh itu orang sakit untuk berdiam diri di rumah, tak perlu ikut jamaah. Biar tidak menulari orang sehat. Karena, tidak tahu siapa yang membawa virus, untuk keamanan dan kenyamanan bersama, agar nantinya tidak ada yang jatuh sakit atau terlular sakit. Makanya kita sama-sama untuk berdiam diri di rumah. Mengantipasi diri.
Itulah kurang lebih yang diinginkan oleh pemerintah setempat. Dan negosiasisnya agak sedikit alot. Sebenarnya aparat setempat sudah menghimbau dari jumat kemarin. Dan baru membuahkan kesepakatan tadi siang. Jamaah shalat Juma'at kali ini adalah yang terakhir, sampai menunggu keputusan gubernur selanjutnya. Untuk sementara, karantina wilayah berlaku sampai tanggal 20 April 2020. Apakah nanti akan ada perpanjangan atau tidaknya, kita tunggu bersama. Semoga saja, situasi cepat pulih. Dan virus covid-19 segera bisa diatasi atau sirna.
Emang lo, rasanya itu sangat berat sekali dan ada hal aneh dalam hati. Hari Jumat, kok disuruh sholat dzuhur. Ada hal yang mengganjal dan terasa ada yang kurang. Makanya saya sangat memaklumi, jika ada yang keberatan jika shala jumatan ditiadakan. Maka, saya perhatikan tadi, banyak jamaah dari masjid lain, jauh-jauh rela datang, demi untuk bisa sholat jum'at-an. Sampai membludak, mirip salat hari raya lebaran. Jamaah, rela salat kepanasan di jalan.
Salut dengan Pak Lurah, Kepolisian dan Sesepuh setempat yang mau saling mendengarkan. Hal seperti ini yang diuntungkan juga para jamaah juga. Alias keuntungan bersama. Saling bahu membahu, ikut berpartisipasi meringankan tugas pemerintah dan para medis. Agar tidak ada lagi jatuh korban akibat dari covid-19. Virus yang sangat mematikan. Ganas sekali.
Itulah liputan sepintas dengan sedikit tambahan gaya ngawurnya. Oh iya, yang ingin blognya saya dikunjungi, tak perlu kirim pesan lewat mesenger. Silakan komentar dibawah kolom ini, dan saya akan berusaha untuk berkunjung balik. Kalau lewat mesenger, itu namanya spam dan tidak sopan. Masak kirim pesan isinya, "klik link saya dong", "baca artikel saya dong". Kalau mau lebih enaknya lagi, gabung saja di grup Pojok Blogger, silakan share artikelnya disana. Biar antar sesama blogger saling mengenal. Yang penting, hindari rasa egois. Mari saling blogwalking.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar