Rasanya diduakan hati itu rasanya sangat perih dan pedih. Punya pacar yang datang jika ada maunya. Jika hatinya lagi bahagia, entah kemana atau entah bersama siapa. Mungkin dia sedang mendua. Atau dia sama pacar gelapnya lagi akur dan mesra-mesranya. Sehingga lupa dengan saya. Atau yang sejatinya pacar gelap itu adalah saya sendiri. Ah bisa jadi. Sehingga kehadiran saya, tak punya arti. Ya ya ya...., sudahlah. Buanglah mantan pada tempatnya, mungkin itu lebih baik.
Sepertinya saya juga bukan levelnya. Dia anak keju, sedangkan saya anak singkong. Jauh sekali perbedaan derajatnya. Seandainya dilanjutkan, dan saya memaksa harus rujuk, belum tentu saya bisa membahagiakannya. Saya harus tahu diri. Saya harus sering berkaca, biar tidak semakin perih rasa sakit ini. Ikhlaskan apa yang telah pergi. Yang sudah biarlah berlalu. Tak ada gunanya diratapi dan disesali. Toh, sejatinya dia juga tak ada rasa cinta pada diri saya.
Welah-weleh, ternyata saya bisa melow juga. Tampang berjenggot, ternyata hatinya rapuh. Wajahnya sanggar ternyata hatinya selembut sutra. Garang ternyata garing. Saya kok bisa begitu ya. Emang kalau sudah menyangkut urusan asmara. Lelaki sehebat apapun akan dibuatnya lunglai juga. Lihat saja tokoh-tokoh dunia, jika sudah soal wanita. Pasrah dan tunduh.
Eleh-eleh, saya ini ngomongin apa to. Kok mirip orang yang otaknya kurang se-ons. Ngedumel dan ngoceh sendiri. Mau bahas Martel Lumpia, kok jadi bahas urusan hati. Kalau kangen sama mantan pacar, tinggal kirim pesan WA saja kok repotnya kayak ampun. Era sudah canggih, kok dibuatnya rumit segala. Urusan gampang jangan dibuat sulit. Dan yang sulit dibuat mudah, gitu lo.
Beberapa hari ini memang saya lagi sibuk buat konten video youtube. Sampai stock videonya banyak sekali, memory hape sampai penuh pula. Sehingga ya maklum saja, jika blognya sedikit terlantar. Kalau di channel youtube, saya sehari bisa unggah tiga video, bahkan lebih. Edit-edit video tampak lebih menyenangkan daripada merangkai kata. Kalau menulis, aduh jemari kadang terlalu lama berhenti di papan keyboard. Kesulitan merangkai kata yang tersimpan diotak kepala. Beku dan susah dicairkan.
Video di Channel Youtube saya hampir 700-an. Saya pun hampir dibuatnya tak percaya. Saya kok bisa serajin itu buat video. Harap maklum juga, usia channel youtube saya hampir berbarengan dengan usia blog. Hampir sepuluh tahun, sehingga ya wajar saja ya jika isi kontennya sudah banyak. Apalagi, awal mula saya membuat channel youtube sekedar sebagai pelengkap artikel saja. Demi menunjang isi berita yang ada di blog.
Dulu saya membuat channel youtube juga tidak begitu memperhatikan jumlah subscriber. Karena dulu, akun adsense video youtube bisa terhubung dengan akun adsense blog. Tapi kini terpisah, dan persyaratan untuk memonitisasi video juga semakin berat. Maka saya selalu menyarankan bagi blogger, buatlah channel youtube mulai dari sekarang.
Eleh-eleh, obrolannya juga semakin menjauh saja. Iya iya sabar apa. Ini juga mulai mendekati ke topik masalah. Kemarin saya merekam aktivitas penjual martabak telur kulit lumpia. Atau yang lebih dikenal dengan Martel Lumpia. Pedagang ini beda dengan pedagang Martabak Telur Lumpia yang lainnya. Selain menggunakan motor, rajikan bumbunya juga sangat berani. Alias lengkap. Sehingga wajar, jika martabaknya laris manis. Banyak pembeli.
Diam-diam saya juga mengamati proses pembuatan Martel Lumpia ini. Mencuri resepnya gitulah. Siapa tahu nanti saya tertarik ingin berjualan martabak telur kulit lumpia. Kalau saya amati, cara membuatnya sangat sederhana sekali. Dan modalnya tidak begitu besar. Satu butir telur bisa menjadi empat atau tiga martabak. Wah, jadi tidak kebayang keuntungan yang diperolehnya. Bagi yang penasaran bagaimana cara membuat Martel Lumpia bisa melihat videonya. Eits, jangan lupa subscribe juga ya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar