Banyak hal yang ingin dikabarkan. Tapi apa daya, sifat malas sungguh lebih berkuasa. Rasa ngantuk selalu menggerayangi, selaput mata. Susah diajak melek, walau sudah habis berkelas-kelas kopi. Mata inginnya selalu merem. Dan badan juga letoy, susah diajak tegak. Kalau sudah senderan, apalagi berteman dengan bantal, jadi deh. Langsung inginnnya tidur. Ternyata minum kopi juga tidak ngefek. Emang kopi apa? Kopi susu. Lah iya lah. Kopinya ngajak melek, nah itu susu, pastinya ngajak ngantuk. Dimana-mana, susu lebih menang dan lebih menggoda.
Saya mau mengabarkan yang ringan-ringan saja ya. Tidak mau yang berat-berat. Hidup sudah susah, masak iya mau ditambah susah. Kan lagi ramai berita politi, berita demo penolakan UU Cipta Kerja? Ah rasanya kok saya tidak tertarik. Disamping saya juga tidak tahu apa itu UU Cipta Kerja. Kadang politik itu unik. Saat masih menjabat, dulu diem wae, giliran sudah pensiun alias tidak kepakai. Baru deh koar-koar kenceng. Kayak orang sakit hati.
Ah biarin, itu juga sah-sah saja. Emang dimana-mana, jika sudah tidak kepakai ada rasa kecewa. Alias mutung, terus membuat pengurus tandingan. Entah itu didunia politik, sosial bahkan keagamaan sekalipun. Hal wajar dan lumrah, kalau saya mah menanggapi dengan dingin-dingin saja. Biar semua ada kerjaan, secara tidak langsung mengurangi pengangguran. Ya akhirnya semua punya kesibukan dan kegiatan.
Walau ada wabah Corona tetap saja demo. Kadang saya itu heran, sebenarnya virus corona itu ada kagak ya? Kalau ada, kemapa yang berdemo itu tetap semangat. Bahkan ada kepala daerah berani ikut dalam kerumunan? Dan kenapa pemerintah daerah tidak mau gelar razia masker? Kan lumayan itu, pastinya banyak yang kena sanksi sosial dan kena denda. Eleh, giliran orang yang cari nafkah saja. Ssst...., jangan kenceng-kenceng! Sensitif! Oh iya, saya lupa.
Ah saya mau cerita yang ringan saja. Cerita tentang pengalaman. Musim pandemi seperti ini mencari uang benar-benar berat. Ujiannya itu lo, aduh tidak bisa diuraikan dengan kata-kata. Seandainya terpaksa diceritakan lewat untaian kalimat, harus sedia tisu yang banyak. Aduh, lebih baik dipendam dalam hati saja. Intinya mah, pemasukan berkurang banyak, pengeluaran tetap bahkan membesar. Pendapatan melemah, kebutuhan hidup justru menguat.
Mikirin bagaimana caranya bisa makan ajeg, pengeluaran rutin bulanan tetap terpenuhi jangan sampai telat. Sebab kalau telat langsung kena denda atau diputus layanannya. Isi kepala benar-benar harus diperas. Tidak itu seja, otot-otot juga harus diperkosa biar strong staminanya. Nah, untuk memenuhi kebutuhan makan itulah, sampai lupa mengisi jatah pulsa kartu telephone. Sampai melewati masa tenggang.
Wah benar-benar keterlaluan. Kenapa sampai bisa lupa dan melewati masa tenggang. Otomatis sim cardnya tidak bisa untuk melakukan panggilan keluar. Sedangkan Sim Card ini terhubung dengan layanan perbankan. Paniklah diri ini. Emang kartu telephone apa yang digunakan? Sim Card Simpati punyanya Telkomsel.
Saya langsung mencari gerai GraPari TELKOMSEL terdekat. Rencananya untuk mengaktifkan kartu simpati yang telah kadaluwarsa itu. Sesampainya di GraPARI, apa yang saya peroleh? Ternyata kartu yang telah melewati masa tenggang tidak bisa diaktifkan kembali. Bisa seh diaktifkan, tapi harus berubah atau beralih menjadi kartu Sim Card Telkomsel pascabayar. Kartu HALO. Aduh, yang prabayar saja terasa berat ngopeni, apalagi yang pascabayar. Akhirnya, kartu itu saya relakan untuk hangus saja. Lebih enak ganti kartu Simpati baru. Dan nanti saya akan lapor ke bank untuk ganti nomor telephone yang pernah saya daftarkan untuk layanan e-banking. Dan harus segera lapor ke bank, jangan nanti bernasib sial, jika suatu saat kartu yang telah hangus itu di re-aktifkan lagi oleh pihak provider.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar