Minggu-minggu ini memang sedikit galau. Risau berat, gelisah yang menumpuk. Duh iley, yang lagi kangen sama mantan? Woalah, mbahmu! Saya lagi mikirin iklan google adsense, yang tidak mau muncul secara penuh. Sehingga menampilkan ruang kosong, yang mengganggu penampilan. Katanya iklan responsive, seharusnya jika tak ada iklan, jangan sampai begitu. Ah saya ini kenapa jadi orang yang suka menggerutu.
Tapi tak apalah, saat blog saya dibuka dengan versi pc iklan tak kelihatan, tapi jika dilihat dengan perangkat hape bisa muncul. Ya lumayan bisa sedikit menaikan pendapatan dolar. Yang penting masih bisa merasakan gajian dari google, gajian dari menulis blog. Tapi saya masih tetap punya harapan, semoga saja, iklan bisa muncul secara sempurna. Google, memang keterlaluan, tidak ada belas kasihan sama saya. Aleh, masih menggerutu juga.
Wis to, sebenarnya kamu itu pengen ngomong apa? Pengen memberitakan apa? Jangan terlalu bertele-tele. Emangnya baca tulisan ini tidak pakai biaya? Tidak mengeluarkan modal? Tidak memakan kuota internet? Sesekali jadi orang itu langsung ke topik masalah. Jangan kayak portal yang ngakunya kelas atas, jika membuat berita pakai halaman satu, dua tiga dan seterusnya. Karena pengen iklannya muncul banyak. Kamu ingin bergaya seperti mereka? Ayo ngomong!
Eleh katahuan sensi, ketahuan tak kebagian sembako bansos! Gimana mau dapat bantuan bansos, jika dari atasnya saja sudah dikorupsi. Itu menteri kalau ngomong, wow banget. Berkelit dan bermain lidah sungguh luar biasa. Katanya sok bijak. Ternyata, oh ternyata! Tu, kan, menyalahkan orang lain lagi. Jadi menambah dosa saja. Kalau dipikir-pikir betul juga ya!
Dah ah, saya mau cerita saja. Cerita yang datar-datar alias yang ringan-ringan. Biar pikiran tak jadi tambah spaneng. Hidup yang sudah berat dan susah, jika terlalu dipikirkan secara serius. Nanti hasilnya justru menkonsletkan pikiran. Otak jadi eror. Kewarasan jadi hilang. Sehingga kesehatan juga ikut melayang. Jatuh sakit, repot jadinya. Tidak hanya merepotkan diri sendiri, pasti juga merepotkan keluarga.
Kata siapa masalah itu harus diselesaikan. Ada kalanya masalah itu dibiarka saja. Nanti juga akan selesai dengan sendirinya. Jadi jangan percaya sama omongan orang yang sok ideal, "Jadi orang harus jentelman, harus bertanggung jawab. Harus menyelasikan masalah sampai tuntas, jangan main kabur saja. Jangan jadi pengecut". Eleh, orang seperti itu, ketahuan mainnya kurang jauh, minum kopinya kurang kentel. Ssst, jangan tersinggung, saya hanya menyindir saya pribadi (sebab kalau tidak diperjelas, nanti ada yang emosi dan salah paham).
Wis to wis to, ngomongnya langsung ke pokok masalah. Jangan tambah ngalur ngidul. Sudah berparagraf-paragraf belum juga ketema. Tak dapat bansos UMKM Rp 2,4 juta apa penyebabnya? Jangan sampai saya lempar balok nih. Sing sabar to bos, ini juga lagi mikir! Lagi mengingat-ingat apa penyebabnya.
Aduh, kalau membicarakan soal bantuan sosial untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang nominalnya 2,4 juta. Saya kok jadi nelangasa. Ketahuan iri dan pengen ya? Bukan soal itu. Keadaan seperti ini, wabah yang sudah sepuluh bulan lamanya dan belum ada kabar kapan akan berakhir. Usaha jadi seret. Pendapatan turun banget. Yang akhirnya, modal yang seharusnya untuk membesarkan usaha, terpaksa buat makan. Dan keperluan bulanan, semisal bayar listrik, air dan kontrakan. Ya, akhirnya menipis dan kering. Duh iley, yang baper!
Akhirnya saya memberanikan diri, datang ke kantor kelurahan untuk mendapatkan informasi tentang bonsos UMKM Rp 2,4 juta. Pengen daftar, dan menanyakan persyaratan apa saja yang harus dipenuhi atau dilengkapi. Jawabannya adalah, "Pendaftaran sudah ditutup, bapak selama dua bulan kemana aja, kok tidak datang kemari?". Kuota yang sangat terbatas hanya berkisar 3juta pelaku UMKM seluruh Indonesia. Ibarat kata, siapa yang duluan itu itulah yang mendapatkannya. Yo wis terima nasib saja! Siapa tahu datang rezeki dari pintu yang tak terduga. Cuit-cuit, yang lagi menghibur diri!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar