Hidup semakin keras, sedangkan tubuh semakin lemah. Ya seperti itulah kehidupan. Kalau dipikir dan direnungkan, hidup ini penuh dengan tantangan. Lebih banyak menderitanya. Kita merasakan hidup enak, paling diusia sekitar 25 sampai 30 tahunan. Selebihnya, banyak derita dan pengorbanannya. Dibawah 25 tahunan, harus giat ini dan itu. Harus merengek, banyak keinginan yang tertunda dan belum terpenuhi. Harus belajar ini dan itu. Kalau usia diatas 25 tahuan, sudah bingung dengan kehidupan keluarganya. Harus kerja giat, agar terpenuhi kebutuhan keluarga, khususnya anak-anak. Iya kagak? KAGAK!
Beberapa Minggu ini, entah kenapa untuk mengendalikan emosi terasa berat sekali. Inginnya itu uring-uringan. Marah tanpa sebab, kan jadi bingung sendiri. Mau marah kesiapa, takut tambah salah. Jika tidak marah, hati yang gondok. Darah kayak mendidih, mirip air yang dipanaskan. Keluar gelembungnya. Aduh, konsentrasi jadi buyar. Ibadah juga tak karuan. Badan sujud, pikiran terbang ke awang-awang.
Hahaha...saya kok jadi menumpahkan rasa ya. Rasa yang mengengkang jiwa. Nah itulah enaknya punya blog. Semua permasalahan, bisa menjadi bahan cerita. Kalau sudah diutarakan lewat tulisan gini kan, jadi sedikit plong. Iya sedikit lega. Sudah menjadi bahan cerita, bisa menghasilkan duit pula. Menyelam sambil minum sirup eh minum air. Sumpah, hidup ini memang harus bisa menghibur diri. Sesekali harus mentertawakan diri. Mentertawakan atas kekonyolan. Pada dasarmua hidup ini penuh dengan kebodohan. Orang yang merasa pintar akan dianggap gila. Dan tidak punya nilai jual. Masak??
Tu kan, jadi kepanjangan saya bercerita. Sebenarnya saya mau cerita tentang seseorang, ya sudah berumurlah. Dia membuka jasa service sepeda keliling. Ya berkeliling menggunakan gerobak. Saya sangat kagum. Dan saya mencoba untuk berbincang-bincang sejenak. Sudah cukup lama dia membuka usaha ini. Sebelumnya, dia pernah bekerja di sebuah perusahaan. Setelah kena pemutusan hubungan kerja, istilah populernya kena PHK. Dia membuka jasa service tambal ban, khusus sepeda.
Tak disangka, usahanya ini mendapat respon yang luar biasa. Banyak pelanggan yang berdatangkan untuk menambalkan sepedanya. Promosinya lewat lesan, yang unik, anaknya yang masih sekolah dasar ikut mempromosikannya pula. Di rumahnya, ramai dengan teman anaknya. Tidak hanya sekedar main mereka, tapi juga ingin membetulkan sepedanya yang rusak.
Setelah dirasa modalnya cukup, dia membeli perlengkapan bengkel sepeda yang lebih lengkap. Selanjutnya membuat gerobak yang nantinya dipergunakan untuk keliling. Kini dia tidak hanya membuka jasa service sepeda. Tetapi juga jual-beli sepeda bekas. Wah semakin hebat ya? Mantap juga. Kini kan eranya pelanggan ingin disamperin. Eranya pelanggan manja. Jadi bisnis service sepeda punya peluang cerah. Dan sepertinya belum banyak saingannya.
Nah yg gini2 nih hrs didukung dan dikerjakan dgn sepenuh hati. Biar cpt dpt pelanggan.
BalasHapusTp apa gak berat mas dorong2nya ?
Sistem jemput bola...memang benar mas sesuai fakta kalau orang-orang sekarang memang pemalas dan ingin yang instan...dulu mau makan harus masak dulu...sekarang tinggal pesan secara online cukup tunggu pesanan datang...termasuk servis sepeda sih...
BalasHapusApalagi di Jakarta pasti ada aja sih yang butuh, jangankan buat urusan yang real ada jasanya, kita cuap - cuap jual omongan di jakarta aja bisa laku hahah, cuma dikasih janji aja udah pada seneng,,, haha
BalasHapus