Cuaca yang begitu cerah. Sudah dua hari ini, hujan tak turun, begitu bahagianya hati ini. Kok bahagia seh? Iya dong, bisa beraktivitas di luar rumah, bisa keliling kota untuk mencari bahan berita. Belum lagi, cucian pagi, sorenya bisa langsung kering. Pokoknya asek, tak ada jemuran menumpuk. Kamar jadi kelihatan rapi, tak ada yang bergelantugan. Hahaha...kamar jadi mirip toko baju jika ada jemuran yang menggelantung. Kok jemuran ditaruh di kamar? Biar kena kipas angin siapa tahu, paginya bisa sedikit lebih kering atau bahkan bisa kering.
Eh eh, walau cuaca cerah tapi di hati ini masih ada sedikit awan mendung. Wow amazing, sedang putus cinta kah? Wuzz, ngomongnya ngawur aja. Bukan soal cinta. Terus masalah apa? Itu masih ingat dengan hilangnya laptop di bus Sumber Alam. Lah dalah, kok bisa! Ceritanya gimana bisa sampai kehilangan laptop? Merk apa laptonya dan harganya berapa? Waduh, nanyanya kok bertubi-tubi tak ada jeda. Laptonya merek HP dan harganya 11 juta rupiah.
Begini ceritanya. Anak saya naik bus Sumber Alam tanggal 05 Maret 2023 dari Kutowinangun, Kebumen menuju Ponduk Ungu Bekasi. Naik Bus Malam Cepat. Pemberangkatan busnya jam 17.55 WIB. Eh tiba-tiba jam 21.18 WIB anak saya memberi kabar, jika tasnya hilang di bus. Saat itu busnya lagi berhenti di rumah makan Sumber Alam Jatibarang. Nah saat makan itulah, tas yang berisi laptop tidak bawa turun. Keburu kebelet BAB katanya. Saat naik bus kembali, tiba-tiba tasnya tak ada. Kaget dan paniklah anak saya.
Saat saya dikabari lewat pesan WhatApps, saya pun ikut lemes. Sebenarnya saya sudah mewanti-wanti saat pulang liburan kuliah. Ya anak saya liburan kuliah, pengen nengok neneknya yang ada di kampung Kebumen. Anak saya lahir di Jakarta dan besarnya ikut neneknya. Baru kuliahnya balik ke Jakarta lagi. Emang anaknya kuliah dimana? Anak saya kuliahnya di Universitas Darma Persada (Unsada), Malakasari, Duren Sawit, Jakarta Timur. Mengambil jurusan Teknologi Informasi. Makanya itu saya membelikan laptop yang sekiranya menunjang mata pelajaran kuliahnya. Dengan spek laptop prosesor i5, ram 8GB, SSD 512 GB. Merk laptopnya HP.
Eh eh itu wanti-wanti ke anaknya apa saat pulang ke Kebumen? Agar tidak meninggalkan tasnya saat istirahat makan maupun saat ke kamar mandi. Alhamdulillah, setiba di kampung tasnya aman. Eh saat balik ke Jakarta, kok tas ditinggal di bus setibanya di Rumah Makan Sumber Alam Jatibarang. Mungkin anak saya menduga tasnya akan aman jika ditinggal bus karena rumah makan ini kan juga miliknya Bus Sumber Alam. Perkiraan anak saya meleset, tasnya hilang!
Sebelum pulang kampung, tas itu sudah saya belikan gembok kecil. Agar terhindar dari orang jahat,, biar tasnya tidak dirogoh tangan jahil. Lah kok tasnya ditinggal di bus. Pencuri ambil sekalian tasnya dah. Pencuri mungkin tak mau repot buka gemboknya, hehehe. Emang di tas isinya apa aja selain laptop? Isi tasnya baju dan cash HP. Gimana perasaannya saat kehilangan tas? Weleh, masih nanya aja. Pastinya ya sedih.
Emang kenapa harus sedih saat kehilangan tas yang isinya laptop itu? Ini pertanyaan atau hinaan? Jangan-jangan bahagia diatas penderitaan saya nih. Eh sabar dong! Gitu aja sensi, jangan mudah tersinggung. Saya juga turut prihatin dengan hilangnya tas itu. Kehilangan laptop. Pastinya tidak sekedar kehilangan laptop, tapi juga kehilangan data-data mata perkulihaan anaknya. Nah itu tahu, cerdas juga.
Malamnya setelah peristiwa itu, saya datang ke saudara yang kerja di Pool Sumber Alam Pondok Ungu Bekasi. Penanyakan kabar terbaru dari kehilangan tas anak saya itu. Dalam hati, siapa tahu tasnya dikembalikan atau bisa diketemukan. Ternyata hasilnya nihil, katanya barang yang sudah hilang biasanya tak bisa kembali lagi. Ah, jadi tak bisa berharap lagi dah. Harus ikhlas.
Kalau masih ada duit untuk beli lagi, mungkin tak begitu pening. Anak sebelum pulang kampung, duit sudah terkuras buat bayar Biaya Penyelenggara Pendidikan (BPP) sebesar5,250 juta rupiah. Belum lagi entar tagihan membayar SKS (Satuan Kredit Semeseter), sebesar 3,5 juta rupiah. Apa kepala tidak nyut-nyut. Sedangkan cari duit masih begitu sulit. Ah kok saya jadi sambat.
Sekarang kan sudah eranya canggih ya, kenapa bus Sumber Alam tidak dilengkapi dengan kamera CCTV. Kalau ada kamera kan enak, jika terjadi hal yang tidak diinginkan bisa terlacak atau bisa diketahui. Penumpang juga merasa aman dan nyaman saat membawa barang berharganya. Atau saat terjadi peristiwa kehilangan, kru bus menggeledak semua penumpang. Memeriksa barang-barang penumpang lainnya. Atau setidaknya, saat tiba di rumah makan, penumpang untuk diingatkan agar tidak meninggalkan barang berharganya. Kalau perlu, ada tempat penitipan barang penumpang. Ah, saya kok jadi kebanyakan tuntutan atau saran hehehe....
Ah jika sudah apes mau gimana lagi. Berandai-andai juga percuma. Barang yang hilang juga tak kembali atau tak diganti. Firasat tak enak sudah ada saat anak mau pulang kampung. Mungkin Tuhan memberi sinyal dari awal, agar saya kuat dan tambah. Bus Sumber Alam ini sebenarnya idola keluarga saya. Dari saya masih bujang sampai saya punya anak bujang, selalu naik bus Sumber Alam ini. Ah, yang hilang biarkan hilang, yang penting anak saya masih selamat dan sehat. Sampai rumah tak kekurangan apa pun. Dan semoga ada rezeki buat beli latop lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar