Lebaran Betawi di Monas Pengunjung Kecewa Karena Tidak Ada Wisata Kulineran

Djangkaru Bumi

Budaya

13 Komentar

Saya mendapatkan informasi jika di kawasan Monumen Nasional atau Monas Jakarta diadakan atau diselenggarakan pesta Lebaran Betawi lewat media sosial Instagram. Acara yang berlangsung hanya dua hari yaitu pada tanggal 20 dan 21 Mei 2023. Wah saya pun dibuatnya penasaran. Bayangan saya, pasti acara ini meriah dan semarak. Akan banyak stand-stand berdiri, bayangan saya setidaknya mirip dengan Festival Jakarta.

Saya bisa menyepatkan hadir pada hari Minggu 21 Mei 2023. Saya berangkat dari rumah sekitar jam delapan pagi. Perjalanan yang sangat lancar, lalu lintas nampak lenggang. Maklum hari Mingu, hari libur kerja. Sehingga sedikit  warga Jakarta yang beraktivitas, atau berlalu-lalang. Saya cukup lama tidak jalan-jalan ke luar rumah. Wah ternyata, jalan bawah tanah atau lorong daereh Senin ada perubahan. Jalur bawah dari arah Pologadung langsung bisa tembus Rumah Sakit Angkatan Darat. Sempat dibuatnya keder dan kebingungan. Jakarta hebat ya, selalu ada hal baru. Jakarta terus membangun.

Sesampainya di Kawasan Monas, dalam rangka mencari tempat parkir, tambah bingung lagi. Karena antusias warga Jakarta yang hadir lumayan banyak. Nah barulah terjadi kemacetan dan antrian menuju area parkir. Roda empat terpaksa dialihkan ketempat lain. Area parkir IRTI untuk sementara hanya dikhususkan untuk kendaraan roda dua. Itu pun menyita kesabaran ya. Nampak petugas parkir kerepotan dan kewalahan.

Woalah, ternyata Arena Monas kini nampak gersang, udara lumayan panas. Terik matahari sangat menyengat. Saya tiba di Monumen Nasional Jakarta sekitar jam sembilan pagi. Aduh, jam segini, tergolong masih pagi saja, sudah membuat silau mata. Tak kebayang jika nanti lebih siang lagi, apakah saya mampu bertahan. Hahaha, saya kok jadi sambat ya. Belum apa-apa kok sudah mengeluh. Dasar jiwa ringkih.

Dari area parkir saya menuju ke tempat penyelenggaraan Lebaran Betawi. Sudah banyak pengunjung yang sudah hadir. Semuanya nampak bergembira. Saya langsung disambut hiburan budaya Betawi, pertunjukan ondel-ondel betawi. Apa itu ondel-ondel, ya semacam badut gitulah. Kostum badut yang terbuat dari ayaman bambu, yang tingginya sekitar dua meteran lebih. Dan beratnya bisa mencapai 20 kg. Wow Lumayan berat juga ya?

Maka jangan heran, tak sembarangan orang bisa memainkan atau menjadi ondel-ondel. Perlu kepawaian khusus dan stamina yang prima. Apalagi saat ondel-ondel joget, paling tidak bisa mengikuti irama musik yang mengiringinya. Sehingga, seolah-olah ondel-ondel ini kelihatan hidup. Oh iya, ondel-ondel betawi ini menjadi perhatian khusus dari pengunjung. Banyak yang nonton, bahkan ada yang minta photo bersama.

Stand utama dari acara Lebaran Betawi ini tidak begitu luas ya. Saya sendiri tak tahu isi dari stand utama ini, karena saat saya kesana, adanya cuma panggung musik. Pengunjung berdesakan ingin berjoget bersama. Saat itu sedang memainkan musik dangdut, eh saya sendiri lupa judulnya. Saya tidak kuat berdesak-desakan, saya pun memutuskan keluar dari arena utama. Takut pingsan ditempat, hahaha.

Saya pun mencoba keliling ke stand-stand yang ukurannya lebih kecil. Eh tak ada isinya. Umumnya hanya dipergunakan sebagai  tempat istirahat peserta acaranya. Semisal kru atau pemain ondel-ondel. Dalam hati, sebenarnya kecewa, kenapa tidak ada pameran hasil karya UMKM atau kulineran. Atau mungkin, pamerannya hanya hari Sabtu? Entahlah, saya pun tidak tahu. Yang jelas, di hari Minggu, hanya ada hiburan ondel-ondel betawi.

Jam sebelas siang, mata makin kunang-kunang. Dehidrasi tubuh makin terasa banget. Haus dan lapar. Karena di area utama Lebaran Betawi tak ada yang menjajakan makanan, bahkan ingin berteduh di area kaki Monas, sepertinya gerbang tertutup. Entah kenapa  saat itu Tugu Monumen Nasional tidak dibuka. Pengen banget sebenarnya bia naik ke cawan Monas. Sudah jauh-jauh datang, jika tak bisa masuk ke Tugu Monas, kayaknya kurang lengkap.

Acara Lebaran Betawi yang meleset dari harapan. Acara yang nampak biasa-biasa saja. Ya ya ya, mungkin saya datang di hari Minggu, bukan di hari Sabtu. Perut saya makin memberontak, terpaksa saya kulineran di kantin dekat area parkir. Disana tidak hanya soal makanan, anda juga bisa membeli oleh-oleh khas Monas, semisal ukuran atau kaos yang bertema Monumen Nasional Jakarta.

Saat di kantin Monas, saya disodori gambar aneka menu. Tapi umumnya banyak menu yang kosong alias tak tersedia, hahaha. Inginnya soto betawi. Terpaksa ya pilih menu ayam bakar, itu pun nasi masih terasa belum matang. Pelayannya cukup lama pula menyajikannya, rasanya itu ingin kabur. Maklum, perut sudah tak tahan.

Saya pun juga menyepatkan beli kerak telur. Jajanan khas Betawi, yang bahan utamanya beras ketan dan telur, nanti diatasnya taburi bawang goreng dan serunding (parutan kelapa goreng). Dilidah rasanya unik dan sedikit aneh, kayak makan beras ketan mentah. Tapi ya itulah, sensansi dari makan kerak telur betawi. Saya pun  beli empat porsi buat dimakan di rumah.

Makin siang semakin banyak pengunjung yang datang. Dan sudah tidak nampak lagi antrian di area masuk parkir. Acara Lebaran Betawi ini sampai Minggu sore. Karena saya sudah tidak kuat dengan udara panas, dan saat itu kebetulan juga sudah adzan luhur. Saya pun memutuskan untuk pulang saja. Sampai di rumah, saya salat luhur dan langsung tidur.  Bangun jam empat sore. Badan mulai terasa bugar kembali.