Hidup jadi orang miskin itu tidaklah enak lo. Apalagi miskinnya sampai seumur hidup, benar-benar nelangsa. Derajat orang miskin itu ya lumayan rendah di mata orang. Misalkan, orang miskin bertamu ke teman yang lumayan kaya, pasti tuan rumah akan mengira, si miskin ini mau cari pinjaman hahaha. Atau orang yang kaya jika bertamu ke orang miskin, pasti juga jadi omongan. Rumahnya jelek, tak punya perabotan, pakainnya juga cumpang-camping, menjadi gunjingan. Pokoknya serba salah, jadi orang miskin itu. Perkataan yang benar, tetap tak akan digubris.
Walau sebenarnya orang miskin itu banyak faktor dan penyebabnya. Ada yang sudah takdirnya miskin, dah jika bicara soal takdir memang sedikit sulit ya. Dan takdir bisa diketahui setelah kematian tersebut, itu kata teman saya. Ada pula orang itu miskin disebabkan karena faktor keturunan, orang tuanya miskin, anaknya untuk menjadi kaya, ya sedikit sulit. Seandainya kaya, ya paling levelnya diatas rata-rata, tak kaya betulan. Ada pula kemiskinan itu disebabkan faktor luar, yaitu orang-orang disekitarnya , termasuk pemerintah tidak memberikan dukungan dan tidak memberikan akses, entah itu skil, pendidikan, lowongan pekerjaan, infrastutur, pemasaran, pemodalan dan pajak yang terlalu tinggi. Ada juga faktor kemiskinan itu dari dalam, orangnya malas kerja. Nah kalau sudah malas kerja ini yang bikin repot orang lain. Bahkan negara juga ikut dirugikan dengan orang-orang malas ini. Nah, kira-kira saya termasuk dalam faktor mana ya, masih dalam raba-raba, hehehe.
Ngomongin soal duit memang asek dan menyenangkan. Jika kita pegang duit, separuh dari kehidupan itu terasa sudah tergapai. Pengen apa saja, jadi lebih mudah. Pengen sedekah, tinggal ambil dompet. Pengen makan enak, tinggal pakai kode Qris. Belanja di mal, tinggal gesek ATM. Naik angkutan online (ojol), bisa pakai ewalet. Bandingkan jika tak punya duit, hanya bisa duduk di dalam kamar, plus ngelamun pula.
Untuk kali ini, banyak masyarakat yang terkecoh dengan uang kertas 2 ribu dengan 50 ribu dan yang kertas 5 ribu dengan 100 ribu. Kalau posisi uang kertas dibentangkan, kemungkinan bisa tahu perbedaannya. Tapi jika uang kertas tersebut dilipat separuh, hampir mirip sekali. Dari segi warna sedikit menyerupai. Sudah banyak juga lo, pedagang yang tertipu dengan uang kertas emisi 2022 ini.
Ayo lah diperbarui lagi, kan kasihan pedagang. Apalagi pedagang malam, sering dirugikan jika lampu penerangan lapaknya remang-remang. Belum lama ini, ada pembeli yang ngotot jika uang kertasnya 100 ribu, untung saja itu penjual belum memasukan ke laci. Uang kertasnya ditunjukan ke pembeli dan dibentangkan. Baru pembeli percaya jika uangnya 5 ribu rupiah.
Kalau saya punya pengalaman saat punya uang kertas 75 ribu. Saya pergunakan belanja, banyak warung yang menolaknya. Kan itu uang asli, kenapa pemilik warung enggan menerimanya? Katanya dia juga ditolak saat belanja di agen. Akhirnya saya kasih ke seniman jalanan, buat saweran hahaha. Kayaknya uang kertas 75 ribu sudah ditarik dari peredaran ya? Sebab kini sulit sekali menemuai orang kertas nominal 75 ribu. Apakah uang kertas emisi 2022 nominal 2 ribu, 5 ribu, 50 ribu dan 100 ribu akan ditarik dari peredaran juga? Saya sih berharap seperti itu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar