Kalau di kampung saya, nama kerupuk atau krupuk lebih dikenal dengan nama rambak. Ah membahas krupuk jadi ingatg jaman kecil, saat masih sekolah TK atau SD. Jajanan favorit saya, yaitu rambak, nanti di atasnya dikasih sambal. Wow sedap sekali. Saat itu, harga rambak lima rupiah. Jajanan murah meriah, dan sangat terjangkau. Saat itu, uang jajan sekolah 100 rupiah. Itu pun masih sangat beruntung dikasih uang jajan, kadang sekolah sama sekali tak dikasih uang jajan sama orang tua. Era itu, uang adalah sangat berharga.
Di kampung saya, jaman dulu masih akrab sekali dengan barter. Jika ingin beli kebutuhan lain, semisal ingian beli mie instan, ya pakai beras. Sisanya baru diuangkan. Entahlah kalau jaman sekarang, masih adakah penjual yang mau dibayar dengan beras. Atau masih adakah jual beli dengan sistem barter. Kayaknya sudah tidak ada ya, entah kalau di daerah pelokok nan jauh di sana.
Seperti apa yang saya bilang tadi. Kalau ngomongin soal kerupuk, saya jadi ingat jaman kecil. Di tetangga kampung saya, terkenal dengan pusat industri rumahan kerupuk. Kalau jemur kerupuk itu di pinggir jalanan. Ya namanya anak kecil, suka sekali iseng dan jail. Suka mengambil jemuran kerupuk itu. Langsung dimakan mentah. Rasanya gimana? Ya asin asing gitu dah. Dasar rakus kali ya, hehehe. Harap maklum ya, anak kecil penuh dengan kenakalan.
Sampai saat ini, saya masih suka kerupuk. Makan tanpa ada kerupuk rasanya kurang lengkap. Kurang sempurna, kurang lezat. Walau menu aneka macam, kerupuk kayaknya harus mendampingi. Walau kadang suara saat mengunyah kerupuk sedikit mengganggu pendengaran. Suara kriuk dan krekes-krekesnya itu lo hehehe.
Harga kerupuk kaleng yang biasa ada di warung tempat saya tinggal adalah seribu rupiah. Walau ada yang menjual dengan harga dua ribu rupiah. Aduh, saya menulis ini terganggu dengan suara geleduk dan petir yang tiada henti. Lumayan mengganggu konstrasi, jadi buyar apa yang akan saya tulis. Tapi tetap bersyukur, hujan sudah mulai turun. Pertanda nanti bisa tidur dengan nyenyak, karena udara tidak gerak. Dingin, dan bisa tarik selimut.
Rintik-rintik air hujan yang turun dari genting juga menambah syahdu. Walau sedikit ada kecemasan, akankah nanti akan terjadi banjir? Cemas dan resah tatkala di musim hujan. Aduh memang hidup ini serba salah ya. Musim kemarau risau dan musim hujan juga risau. Tapi hidup ini harus tetap dibikin happy. Setiap musim pasti ada tantangan tersendiri.
Kembali ke pokok inti masalah, yaitu kerupuk atau rambak. Saya mengira, kerupuk ini akan musnah ditelan jaman. Eh ternyata masih bisa bertahan. Dan setiap generasi pasti menyukai kerupuk ini. Bahkan saya mengamati, anak kecil kalau makan cukup dengan rambak plus sedikit kecap. Dan saya perhatikan, makannya juga lahap. Nambah pula.
Kebetulan saat saya santai di depan rumah. Ada penjual kerupuk keliling yang biasa mengisi kaleng kerupuk di warung. Kesempatan bisa memotretnya. Dan Alhamdulillah, penjualnya pun tidak keberatan saat saya memphotonya. Beliau sudah cukup lama menekuni sebagai penjual kerupuk. Bagaimana, apakah kamu suka kerupuk? Makanan yang identik dengan makanan khas Jawa. Makanan yang terbuat dari adonan tepung dengan penyedap rasa ikan atau udang.
Kaleng kerupuknya itu loh..saya jadi ingat waktu kecil heheh..saya juga suka kerupuk,kalau makan nasi seringnya ada kerupuk juga sebagai pendamping lauk lain.... kriuk "nya itu yg bikin nagih.
BalasHapusDi desaku juga kerupuk yang kotak itu disebutnya rambak...baru tau pas udah mukim di rantauan kok orang orang nyebutnya kerupuk kulit. Biasanya ini sih dibikin jangan rambak atau sayur rambak yang ada brongkos atau kacang merahnya gitu. Terus jadi menu kendurenan. Kalau yang putih itu waktu aku maaih kecil ga tau namanya apa..sering aku sebut cuma kerupuk warung. Eh mbasan di rantau baru kutahu namanya itu kerupuk uyel hahah
BalasHapuskalo di kampungku disebut karoppo wkwk saya nda suka makan kerupuk tapi anak saya yang masih balita suka banget makan kerupuk.
BalasHapusdi jkt udah ujan tow mas ?, kemaren waktu aku disana daerah bekasi masih puanasnya pol
BalasHapusditempatku juga ada mas pabrik kerupuk, dulu pernah bertemen sama yang kerja disitu, biasanya kalo maem suka makanin kerupuk yang masih mentah, dan bener rasanya agak sedikit asin dan kenyal-kenyal :D
di tempat saya sudah di plastikin 5 ribuan kalau krupuknya
BalasHapustemennya kalau makan ya kudu ada krupuknya
Di kampung kami kerupuk begini namanya kerupuk palembang. Gak tau kenapa disebut kerupuk palembang. Mungkin pertama membuatnya orang Palembang.
BalasHapusKalau di tempatku menyebutnya tetap kerupuk. Kalau rambak sudah beda hal lagi. Aku suka kerupuk, tapi sudah berusaha menguranginya karena tingginya kalori pada kerupuk...hiks
BalasHapusAmehnya, suami ku yg orang Jawa ga suka mas. Dia bilang bikin berantakan pas di makan 😂😂😂. Laah aku yg orang Batak justru doyaaaan bangeeet Ama kerupuk. Rasanya kalo makan ga pake itu kayak ga enak memang.
BalasHapusPaling suka kerupuk udang atau emping.