Lebih dari tiga bulan, kalau malam saya nongkrong di Terminal Pulogadung Jakarta Timur. Terminal Pulogadung 1, atau terminal Bus Transjakarta. Wah ternyata kini terminal Pulogadung dibagi dua, yang satu buat bus transjakarta dan yang satunya buat mobil angkot kecil, semisal angkutan KWK dan sejenisnya. Mengenang terminal Pulogadung, pasti yang teringat adalah hal yang serem-serem. Dulu terminal Pulogadung terkenal dengan kesemrawutannya. Copet dan calo, selalu menjadi bahan pembicaraan saban hari. Tapi itu dulu
Kini Terminal Pulogadung berubah drastis. Bukan lagi menjadi transit bus-bus antar provensi. Khusus hanya buat bus transjakarta dan angkutan dalam kota Jakarta. Kalau bus luar provinsi kini sudah diahlihkan ke Terminal Bantar Gebang. Jadi jangan heran, Terminal Pulogadung sudah tidak seramai dulu. Bahkan bisa dibilang sudah tidak terjadi kemacetan lagi. Benar-benar tertib. Penumpangnya juga teratur. Pelayanannya juga prima, super ramah.
Seperti apa yang saya ceritakan diawal. Hampir tiga bulan saya healing, membuang rasa jenuh dan suntuk. Mencari ketenangan jiwa, perasaan dan batin. Wealah, bahasanya saya kok super tingkat tinggi hehehe. Pakai istilah healing segala. Kalau ingin mencari ketenangan hati itu ke tempat ibadah atau ke gunung mencari tempat yang sepi. Lah ini healing kok di terminal bus. Bilang saja ingin mencari pemandangan yang bening-bening, alias cuci mata.
Kalau saya secara pribadi, mencari ketenangan hati dan pikiran justru inginnya ditempat keramaian. Isi kepala mudah sekali diahlihkan. Sehingga mudah melupakan permasalahan yang ada. Dengan ditempat keramaian, saya juga menjadi lebih tahu banyak orang. Ternyata setiap orang itu punya permasalahan dan kenikmatan masing-masing. Sehingga saya semakin sadar, bahwa kehidupan ini tidak ada yang ideal. Ada orang yang lebih menderita jika dibandingkan dengan kehidupan saya. Akhirnya saya semakin bisa bersyukur. Itu jika dalam kondisi waras, jika sablengnya kambuh lagi, ngeluh dan sambat lagi.
Saya di terminal Pulogadung tidak hanya sekedar nongkrong, tapi kulineran juga. Emang saya itu dasarnya suka jajan. Dimana berada, ya selalu jajan. Jajanan saya di terminal Pulogadung yaitu rujak, somay dan nasi soto ayam surabaya. Jajan rujaknya hanya sekali, sempat ngobrol lama dengan penjualnya. Bahkan ngobrolnya sampai jam sepuluh malam. Tapi sayang, saya kok sampai lupa namanya.
Somay dan Nasi Soto Ayam Surabaya yang menjadi favorit jika nongkrong di Terminal Pulogadung Jakarta Timur. Penjualnya sampai hafal dengan wajah saya. Yang tidak pernah sepi pembeli adalah gerobak Nasi Soto Ayam Surabaya, harus rela antri. Kedua kulineran ini, sama-sama lezat dan nikmat. Harga juga terjangkau, berkisar sepuluh ribu rupiah. Kulineran di pinggir jalan, juga menyenangkan. Perut kenyang dan tambah persaudaraan pula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar