Mencoba Kulineran Pempek Palembang di Terminal Pulodang Jakarta Timur, Eh Hujan!

Djangkaru Bumi

Kuliner

3 Komentar

Cerita kulinern aja lagi ah. Mau ngomongin politik, takut ada yang sensi, hehehe. Walau tersenyum lihatnya, tapi agak ketus. Ada rasa sakit hati dan kecewa. Ya maklum, namanya kalah dalam pertarungan pemilu. Sudah begitu mengeluarkan dana dan tenaga yang maksimal, eh tiba-tiba kalah. Pastinya ingin nangis, hehehe. Impian ingin menjadi orang satu di negeri ini, jadi buyar. Tapi tidak apa-apa dan tidak menjadi persoalan, masih ada waktu lagi kok. Entar lima tahun yang akan datang, ikut kontestan lagi aja. Eh atau siapa tahu, entar dapat tawaran jadi menteri, siapa tahu, hehehe. Politik itu dinamis, tidak ada yang namanya permusuhan abadi atau teman abadi.

Wah saya kok belagak jadi pengamat politik, hehehe. Dah ah, saya akan bahas kulineran aja dah. Kalau perut sudah kenyang, situasi politik kayak apa pun tidak akan berpengaruh. Jagonya menang atau kalah tidak begitu ngefek, jika perut dalam kondisi kenyang. Beda halnya jika perut senantiasa berontak, kena omongan orang sedikit aja. Pasti akan mudah tersinggung. Akan mudah melabrak orang lain. Duh iley...., pengalaman pribadi ya?

Eh ngomong-ngomong mau kulineran dimana nih? Wah pertanyaan yang keren nih. Kali ini saya ingin kulineran di Terminal Pulogadung, Jakarta Timur. Terminal yan dulunya menjadi persinggahan bus antar provinsi, kini hanya menjadi persinggahan bus dalam kota saja. Khususnya bus Transjakarta dan mobil angkutan kecil, semisal KWK dan sejenisnya.

Sehingga jangan heran, jika Terminal Bus Pologadung tidaklah seramai dan semrawut era dulu. Kini tertata rapi dan bersih. Penumpang dan bus angkutan juga tertib. Kesereman terminal Pulogadung kian mudar. Preman-preman juga sudah tidak bergentanyangan menjajakan karcis bus. Bangunan terminal juga keren banget dah. Begitu moderen.

Bagi yang suka kulineran, Terminal Pulogadung juga bisa menjadi tempat yang menyenangkan. Aman dan nyaman kok. Aduh, sebenarnya kalau ingat Terminal Pulogadung jadi ingat masa lalu. Masa dimana ketipu teman kenalan via telephone. Dari suaranya, alus banget, lembut gaya bicaranya. Pokoknya suaranya cewek banger dah. Namanya Putri asal Bandung. Eh saat kopdar dan janjian di Terminal Pulogadung, ternyata waria. Kutu kupret!

Nah lo, makin jauh aja ngomongan saya nih. Mau cerita kulineran jadi ngelantur. Jajan makanan tradisioanl asal Palembang, yaitu PemPek. Ini jajanan kesukaan saya banget. Makanan yang rasanya nano-nano. Antara asam dan manis jadi satu. Rasa daging ikannya yang gurih banget. Lidah bikin bergoyang, goyangan ala Inul Darasista, hehehe.

Aduh ,saya kok sampai lupa menanyakan nama penjual Pempek Palembang di Terminal Pulogadung ini. Sebenarnya saya cukup lama bercengkrama dengannya. Dia sudah berjualan sekitar empat tahunan. Biasa mangkal dari jam tiga sore sampai jam 10 malam. Selanjutnya pulang, jika badan memungkinkan dan dagangan masih ada, ada kalanya keliling sekitar Pasar Pulogadung.

Berarti penjual pempek ini asal Palembang, Sumatra dong? Wow bukan, abang penjual ini asal Kuningan, Jawa Barat. Dia bisa masak pempek karena diajarin oleh istri dan mertuanya yang asli dari Pelembang. Oh begitu! Wah hebat juga ya. Berarti dapat resepnya dari keluarga pihak istri. Iya, begitulah ceritanya. Tumben lurus dan cepat paham!!!

Soal harga dan cita rasanya bagaimana? Harga terjangkau, alias murah berkisar sepuluh ribu rupiah. Walau pun murah, rasanya nampol sekali. Nikmat sungguh luar biasa. Saya inginnya makan di tempat. eh tiba-tiba gerimis datang. Tak jadi dah, akhirnya saya minta dibungkus untuk dimakan di rumah. Badan jadi kebasahan, itu ceritanya.