Sifat terburu-buru itu memang tidak baik ya lur. Kalau bahasa jawanya kemrungsung, tergesa-gesa. Kalau punya hajat atau keinginan, atau punya kegiatan, inginya segera selesai atau segera terwujud. Jika apa yang dikehendak tidak tercapai, hati jadi gundah gelana, pikiran jadi cemas. Konstrasi jadi pecah dan buyar. Apa itu memang sudah menjadi watak manusia ya? Entahlah. Nasehat guru saya, sifat terburu-buru itu adalah sifat yang datangnya dari setan. Makanya harus dilawan. Hemm, kalau saya pikir, memang ada benarnya.
Ya sudahlah, harus terus belajar menahan hawa nafsu. Harus bisa mengekang sifat kemrungsung. Harus melatih dan mengasah kesabaran. Guru saya juga menambahi nasehat, sabar itu akan disayang Tuhan. Ya ya ya, saya ingin disayang Tuhan. Setiap melakukan kegiatan atau suatu pekerjaan, saya harus menikmati prosesnya. Harus menikmati tahap demi tahap. Tidak terburu-buru selesai, biar hasilnya bisa sempurna dan memuaskan.
Tapi ada hal yang unik nih. Sifat terburu-buru dan ingin segera dituruti. Apa itu? Sifat tidak kuat nahan lapar. Wah jika sudah lapar, perut rasanya gimana gitu. Tulang terasa lemas pula. Kerja jadi loyo tidak bertenaga. Mau tidak mau, ya harus makan. Eh soal makan, saya juga punya menu favorit. Apa itu? Menu soto!
Nah kalau soto, saya lebih tertarik dengan soto ayam Lamongan. Soto yang punya ciri khas unik. Dan yang mudah dikenali dari soto Lamongan ini adalah dari gerobaknya. Punya susunan rak gerobak yang berbeda dengan gerobak lainnya. Sehingga sepintas akan mudah dikenali, ini warung soto lamogan atau bukan dari segi gerobaknya.
Sebenarnya tidak hanya itu saja, Spanduk Warung Soto Ayam Lamongan juga masih model jadul, model lawas, yaitu menggunakan goresan cat tangan, bukan spanduk cetak. Sehingga nilai seninya lebih hidup, walau gambarnya kelihatan sederhana. Saya sendiri juga belum tahu, kenapa masih menggunakan spanduk modal kuno dan tidak mau menggunakan spanduk yang lebih modren. Mungkin harga yang lebih murah atau entah bagaimana.
Ya ampun dah, saya kok jadi ngelantur sampai lupa membahas Soto Ayam Lamongan Cak Rizal. Ya ya ya, ini akibat dari kurangnya konsentrasi, hahaha. Soto Ayam Lamongan Cak Rizal di Jalan Tipar Cakung Sukapura ini memang masih baru, mungkin sekitar dua tahunan. Dan warung ini cabang dari Soto Ayam Lomongan Cak Rizal di gang Pancong Sukupura, Jakarta Utara
Sehingga Soto Ayam Lamongan Cak Rizal ada dua. Kali ini saya akan membahas Soto Ayam Lamongan Cak Rizal yang berada di Jalan Tipar Cakung, depan Klinik Persalinan Ibu Rondang. Wah jika menyebut nama Bu Rondang, pasti warga Sukapura akan mengenalnya. Karena beliau pernah menjabat di Puskesmas Sukapura.
Ciri khas dari soto ayam Lamongan, kuahnya yang tidak terlalu kental, juga memakai daging ayam parent (induknya ayam boiler). Ayam gede dan dagingnya sedikit keras sepintas mirip daging ayam kampung. Jika saya makan di Warung Ayam Soto Lamongan Cak Rizal, saya sukanya minta tambah daging sayap. Pokoknya rasanya nikmat dan sedap. Dan harganya juga standar.
soto lamongan itu yg pake bubuk koya kan ya mas? kalo iya, berarti aku sukaaaa. apalagi kalo koyanya ditaro di meja bisa ambil sepuasnya hahahahah.
BalasHapusdulu langgananku di daerah kebayoran. tp kayaknya udah tutup sejak pandemi... jadi belum pernah cari lagi yg sama enak..
ntr kapan2 mau cobain yg cakung ini.. ga jauh2 amat dr rumah