Dimana-mana lagi heboh penyakit demam berdarah, khususnya di kota besar. Apa penyebab penyakit demam berdarah? DBD atau demam berdarah disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Virus ini masuk melalui aliran darah manusia melalui gigitan nyamuk saat menghisap darah. Ah pastinya sudah pada paham semuanya ya, karena hal ini sering masuk dalam pelajaran sekolah.
Penyakit deman berdarah, sepintas memang seperti penyakit demam biasa. Kalau tahap awal kejadian, belum ada tanda-tanda kepastian. Orang awam termasuk saya, sakan mengiranya hanya mengalami demam, diare, sariawan dan radang tenggorokan lumrah. Pusing, mual-mual dan badan terasa nyeri pegal-pegal, akan dikiranya faktor kelelahan "Ah, pasti karena kecapekan", itu kata orang yang awam, sekali lagi termasuk saya.
Tapi jika sudah beberapa hari, demam naik turun walau sudah berobat. Rasa pegal yang makin kesakitan. Bahkan pasien sampai hilang kendali atau teriak-teriak. Yang lebih parahnya disertai pipisan hidung yang kencang. Itu baru-tanda-tanda menuju awal kepastian kena Demam Berdarah (Deman Berdarah Dengue). Kalau sudah begini nih, harus menuju IGD rumah Sakit. Harus rawan inap darurat, jika tidak mengalami hal kefatalan. Walau sebenarnya ini tindakan yang telat.
Sebenarnya, sebelum tanda-tanda mimisan (darah keluar dari hidung), saya sudah meminta rekomendasi dari salah satu Puskesmas saat berobat untuk minta rujukan rawat inap di rumah sakit. Katanya belum perlu dan pulangnya dikasih obat. Memang demam turun dan hilang. Tapi halusinasi dan rasa pegal atau nyeri badan makin menjadi. Yang akhirnya disertai dengan mimisan yang makin parah. Baru esoknya saya kembali ke Puskemas, dan di sarankan untuk masuk IGD sebuah rumah sakit.
Saya memilih IGD Rumah Sakit Firdaus, Firdaus Hospital. Wah di sana terjadi antrian yang lumayan panjang. Banyak pasien demam berdarah. Dengan kesabaran, saya mengikuti prosedur yang ada. Ya maklum saya pengguna atau peserta BPJS Kesehatan atau Kartu Indonesia Sehat ala gratisan pemerintah. Pergi ke loket dan mengisi form, petugas memastikan dulu bahwa Kartu KIS saya aktif. Ah ha, tambah cemaslah saya, takutnya kartu BPJS Kesehatan saya non aktif. Detak jantung saya, seperti bermain petak umpet.
Alhamdulillah, Kartu KIS saya aktif, sehingga bisa mendapatkan perawatan lebih lanjut. Dari cek darah sampai rongsen dada dan termasuk mendapatkan infus. Eh juga mendapatkan jatah rangsum makanan. Baru beberapa jam kemudian mendapatkan ruang kamar perawatan. Eh selama menunggu perawatan di IDG, cemasnya kayak ampun. Mendengar tangisan orang tua ditinggal pergi anaknya selamanya. Entah karena penyakit apa, kemungkinan juga DBD. Orang tuanya terlambat membawa ke rumah sakit sepertinya.
Hati selaku orang tua sedikit adem, karena anaknya mendapatkan infus cairan dari selang. Karena bebarapa hari kesulitan makan dan minum, badan jadi lemas dan lunglai. Hasil dari cek darah, anak saya trombosit darah turun drastis. Yang normalnya berkisar 150.000-400.000 sel per mikroliter, kini hanya 75.000 sel per mikroliter (jika telinga saya tidak salah dengar, maklum hati dan pikiran mengalami kecemasan sehingga tidak bisa konsentrasi jika diajak ngobrol dan saya juga temasuk awam hal beginian).
Dan dokter pun belum bisa memastikan jika anak saya mengalami penyakit Demam Berdarah, masih dalam tahap menduga. Menunggu hasil lap selanjutnya. Baru kemudian hari dinyatakan positif setelah muncul bintik-bintik merah pada tubuh anak saya. Dan darah trombosit yang makin menurun berkisar 45.000 sel per mikroliter ( sekali lagi jika tidak salah dengar). Hati saya hanya punya keinginan anak saya segera sembuh, dan saya tidak memperdulikan apa itu trombosit saat itu.
Katanya ini adalah masa kritis, anak saya harus banyak makan dan banya k minum. Jika bisa melawati masih kritis ini, dan darah trombosit bisa naik dari 45.00 sel per mikroliter. Ada harapan bisa cepat pulih dan bisa pulang. Tapi jika tidak, harus mendapatkan perawatan lebih jauh, dan akan ada tambahan rawat inap. Wah jadi cemas tiada kira, ada rasa ketakutan yang luar biasa.
Untung saja, saat mendapatkan infus, nafsu makan dan minum anak saya ada perkembangan. Setiap mendapatkan jatah rangsum makanan, selalu abis. Bahkan minta nambah katanya, hahaha. Aneh-enah saja ya. Haus tidak haus, anak selalu saya sodorin minum. Dikit-dikit tidak jadi soal, yang penting sering. Sehingga anak saya juga sering buang air kencing.
Dihari keempat rawat inap. Trombosit anak saya dinyatakan naik, dari 45.000 sel per mikroliter menjadi 75.000 sel per mikroliter. Walau masih jauh dari batas trombosit normal yaitu 150.000-400.000 sel per mikroliter. "Jika sudah naik, akan terus mengalami kenaikan", Kata susternya. Dan anak saya dinyatakan boleh pulang, rawat jalan. "Hore, akhirnya saya bebas, bebas bebas", Teriak kegirangan anak saya, sambil bergoyang.
Saya selaku orang tua, ikut bergembira melihat anaknya ceria kembali. Dan saya juga mengucapkan terimakasih terhadap pihak Puskesmas, RS Firdaus, khususnya perawat atau suster yang telah merawat anak saya dengan teliti, oh tidak lupa pula dengan Pak Dokter Hendy (orangnya sabar dan kalem, lembut). Eh tidak ketinggalan pula, saya mengucapkan matur nuwun kepada BPJS Kesehatan atau Kartu Indonesia Sehat walau kartu saya puluhan tahun tidak digunakan ternyata masih aktif juga. Dengan adanya kartu BPJS Kesehatan atau KIS sangat membantu. Paling utama, pastinya mengucapkan syukur kepada Tuhan, yang masih memberikan kesempatan saya untuk bercengkrama lebih lama dengan sang buah hati.
Saat kejadian banyak yang menyayangkan. Kenapa tidak langsung dibawa ke IGD (Instalasi Gawat Darurat) rumah sakit, kenapa harus lewat Puskesmas dulu. Saat itu, IGD rumah sakit terdekat pada penuh, pasien membludak. Belum lagi, ekonomi alias isi dompet tidak mendukung sehingga mempengaruhi kecepatan isi kepala, hahaha. Wis to! Jika lagi kesulitan keuangan, pasti daya tangkap dan daya tanggap kepala akan ikut lambat, hahaha.
DBD tuh suka samar-samar kayak demam biasa, dan anggapan ini yang bikin kebanyakan pasien tidak tertolong lantaran telat mendapatkan perawatan. Apalagi untuk pasien anak, benar-benar tidak bisa dianggap remeh.
BalasHapusBagian terakhir artikelnya bener juga, kalau uang lagi tipis, kayaknya mikir pilihan penanganan kesehatan pun jadi sempit, mentok sana-mentok sini. Ada benarnya juga ya setiap rumah tangga harus punya dana kesehatan yang bisa digunakan sewaktu-waktu sakit yang butuh penanganan urgensi.
Semoga keluarga Mas sehat terus ya.
Alhamdulillah sudah pulih mas, semoga sehat selalu..
BalasHapusSemoga artikel ini bisa memberikan informasi yang bagus dalam penangan masalah DBD, baik itu untuk orang dewasa, remaja atau anak-anak.
Karena DBD tidak hanya menyerang anak-anak, orang tua pun juga mengalami hal yang sama.
Syukurlah ya mas, udh baikan. Ikut seneng bacanya.
BalasHapusKrn memang lagi musim. Temen2ku pada di rawat inap DBD. Jangan sampai kena ke anak2 deh. Memang lebih fatal kalo anak. 🤧
Thanks for your sharing
BalasHapusAlhamdulillah, kondisi anak udah membaik.
BalasHapusProses rujukan yang lamban terkadang membuat situasi makin parah
Masya Allah, memang seperti itu ya rasanya saat buah hati sakit dan masuk IGD. Alhamdulillaah kartu KIS masih aktif dan bisa digunakan, tentu meringankan banget berobat.
BalasHapussyukur alhamdulilah...semuanya sudah kembali sihat...kalau di Malaysia deman berdarah digelar sebagai demam denggi oleh nyamuk aedes
BalasHapus