Email: djangkarubumi@yahoo.com

Kutu Kupret! Terkecoh Warna antara Uang Kertas 2 ribu Rupiah dengan 50 ribu Rupiah

Kutu Kupret! Terkecoh Warna antara Uang Kertas 2 ribu Rupiah dengan 50 ribu Rupiah

Uang kini menjadi segala-galanya. Walau sebenarnya uang tidaklah bisa membeli segala-galanya. Uang tidak menjamin hidup bahagia. Tapi hidup tanpa uang, rasanya kok sulit untuk bahagia, hahaha. Alaaah, walau ada kata orang, tidak punya uang tidak menjadi masalah, asalkan hidup bahagia, preet!. Untuk era sekarang, serba uang. Mungkin kalau hidup di desa atau di tengah hutan, bisa atau kemungkinan uang tidaklah begitu penting. Coba hidup di Kota, bisa jadi gelandangan.

Rezeki sebenarnya punya makna yang luas, tapi kini mengalami penyempitan makna. Kalau orang menyebutnya rezeki, maksudnya adalah uang atau duit. Tidak mempunyai rezeki, berarti lagi tidak punya duit. Rezeki lagi sempit atau lagi seret, maksudnya usahanya lagi tidak menguntungkan. Usahanya lagi sepi. Penghasilannya lagi menurun, kurang lebih begitulah maksudnya.



Pencetakan uang Indonesia, Rupiah dilakukan oleh Bank Indonesia dengan menunjuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu Perum Peruri (Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia) sebagai pelaksana percetakan Rupiah. Bagaimana sudah mengertikan siapa yang berhak mencetak uang Rupiah? Pastinya sudahlah! Sebenarnya sejarah uang kertas Indonesia yang benar-benar Rupiah Indonesia, baru ada atau diterbitkan pada tahun 1946. Dan uang ini dikenal dengan Oeang Republik Indenesia (ORI).

Kenapa Pemerintah tidak mau mencetak uang sebanyak-banyaknya? Kalau pemerintah mencetak uang sebanyak-banyak, masyarakat jadi punya uang banyak juga. Wah wah, pertanyaan yang menarik. Dan dulu, saya juga punya pertanyaan semacam itu. Dengan mencetak uang sebanyak mungkin, pastinya pemerintah juga akan mudah membayar hutang yang semakin menumpuh. Hahaha, woalah!



Mencetak uang ,tidaklah asal mencetak ya lur. Pastinya ada aturannya. Uang jika dicetak melebihi kebutuhan pasar akan mengakibatkan inflansi sangat tinggi. Dan bisa menyebabkan harga barang dan jasa melonjak. Alias uang akan punya nilai rendah. Uang jadi kayak daun, tidak ada nilainya. Uang tidak sekedar untuk membayar utang negara saja tapi juga sebagai sumber transaksi pembiayaan negara. Kurang lebih begitulah. Jangan nanya terlalu jauh, entar saya pusing kepala.

Eh soal cetakan uang kertas rupiah, ada yang menarik nih. Uang Rupiah kertas memang semakin unik untuk keluaran baru, semakin kecil nilai rupiahnya, semakin kecil ukuran panjangnya. Aduh, ini maksudnya pemerintah bagaimana ya? Saat  uang kertas disatukan, uang kertas yang nominalnya kecil, akan terselip, hahaha. Makin merepotkan, masyarakat harus pandai memilah-milah uang kertas jadinya.


Eh tidak hanya ukuran panjang uang kertas yang merepotkan. Tapi juga soal warna uang kertas Rupiah. Aduh, ini bagaimana ya kok bisa begitu. Apa Indonesia itu kehabisan tenaga seni rupa atau desainer? Atau mungkin saat mencetak uang keras baru, tidak melibatkan banyak tenaga atau pakar-pakar ahli. Hmmm, saya kok jadi berprasangka buruk, hahaha. Jadi tambah dosa saja saya ini.

Ternyata banyak orang yang terkecoh, tidak hanya saya saja. Terkecoh warna antara uang kertas dua ribu rupiah dengan uang kertas lima puluh ribu rupiah. Sepintas hanya melihat dari segi warna, uang kertas 2 ribu rupiah akan dikiranya 50 ribu rupiah. Dan baru sadar, saat bener-benar teliti. Tidak jarang hal ini yang bikin ribut antara pembeli dan penjual. Jika transaksi tidak teliti, si penerima langsung dimasukan ke laci, dijamin akan terjadi perang Brontoyodu. Adu mulut, alias cek cok.

Pokoknya, dua uang kertas yang bikin jantungan. Bagaimana solusi agar tidak mudah terkecoh antara uang kertas dua ribu rupiah dengan lima puluh ribu rupiah? Harus teliti, jangan sampai buta warna dan buta angka. Yang namanya manusia, seteliti-telitinya pasti juga ada waktu teledornya. Iya kagak? Umumnya masyarakat Indonesia mengenal nominal uang dari warna. Tapi sekarang, uang kertas hampir mirip-mirip warnanya. Ambuhlah, saya juga ikut pusing, hahaha!

Berita Terkait

6 komentar:

  1. Kudu hati-hati, uangnya mirip tapi nilainya jauh beda...

    BalasHapus
  2. Beneran bikin jantungan. Pernah suatu waktu anak minta uang dan saat itu ada kerjaan yang tidak bisa ku tinggal didepan laptop, aku lupa apa. Akhirnya ku suruh aja langsung ambil di tas milikku. Biasanya gak pernah ku suruh langsung ambil, kami membiasakan agar anak tidak langsung mengambil dari tas orang tua. Namun saat itu entah kenapa ku suruh langsung ambil saja. Sambil ku awasi, anakku mengambil uang, sepintas dia seperti ambil uang 50.000 jantungku langsung lompat, "Hei, ngapain ambil uang banyak-banyak? Mau beli apa?", tanyaku. "Cuma 2ribu kok yah", jawab anakku sambil menunjukkan uang yang dia ambil. Ternyata beneran cuma 2.000.

    BalasHapus
  3. saya juga punya pengalaman terkait uangn 20 rb dan 50 rb yang tertukar. Tapi penjual biasanya lebih jeli. Kayanya kalo dicetak uang asalkan ada jaminannya ga akan inflasi kalo saya baca sih di MMT gitu mas. cetak uang asal ada proyek jaminannya bakalan aman

    BalasHapus
  4. Ya memang mesti berhati-hati mas. Mesti dilihat dengan baik-baik agar tidak tertukar. Bakal bahaya kalau sampai tertukar. Semangat mas

    BalasHapus
  5. Sepintas memang agak mirip yaaa yg baru ini. Tapi mungkin Krn aku dan suami orang bank, jadi dah terbiasa ngebedain kalo sedang menghitung uangnya 😄😄.

    Kasian memang bagi yg ga teliti . Aku juga bingung kenapa mereka KSH warna begitu di uang yg baru. Mbok ya warnanya pilih yg jreng dan beda2, jadi resiko tertukar kecil.

    BalasHapus
  6. kalau di Malaysia..saat uwang kertas RM20 diperkenalkan..selalu orang akan beranggapan salah ia hanyalah uwang kertas RM10...jadi baki nya bisa saja kurang RM10...hihii

    BalasHapus

 
Back To Top