Saya itu penyuka sejarah. Maka jika melihat bangunan kuno, selalu mencuri perhatian saya. Rasa keinginan tahu akan sejarah bangunan tersebut sangat menggebu. Kali ini saya ingin tahu akan sejarah dari Toko Merah, walau sering lewat, tapi baru kali ini bisa mampir berhenti dan menyempatkan untuk photo-photo. Sebenarnya seh, ini hasil jepretan lama. Entah tahun berapa saya sendiri lupa. Dulu saya mengintip bangunan ini, didalamnya kosong. Alias tidak tidak digunakan, konon katanya saat ini menjadi sebuah cafe.
Toko Merah berada di tepi barat Kali Besar, Kota Tua Jakarta. Jika anda berkunjung di Kawasan Kota Tua, Fatahillah Jakarta, dan melihat ke sisi barat akan melihat bangunan yang mencolok ini. Bangunan berwarna merah. Bangunan susunan batu bata merah tanpa diplester atau tanpa disemen. Pokoknya sangat mencolok diantara bangunan-bangunan lainnya. Anda akan dibuatnya penasaran.
Menurut sumber wikipedia. Toko Merah adalah bangunan peninggalan Belanda, dibangun 1730, termasuk bangunan tertua di Jakarta. Toko Merah merupakan bekas kediaman Gubernur Jendral Gustaaf Willem Baron Van ImHoff. Toko merah sudah beberapa kali alih fungsi dan pemilikan. Para sejarahwan juga masih silih pendapat asal muasal nama Toko Merah. Ada yang mengatakan Toko Merah diambil dari warna temboknya. Dan ada pula yang mengatakan Toko Merah diambil dari peristiwa Geger Pacinan. Karena Kali Besar saat itu penuh dengan darah mayat orang Tionghoa.
Tahun 1743-1755 Toko Merah dijadikan Kampus dan Asrama Académie de Marine atau akademi angkatan lau. Dan pernah juga dijadikan hotel para penjabat atau Heerenlogement pada tahun 1786-1808. Anthony Nacare membelinya pada tahun 1809-1813 dan dijadikan tempat tinggal. Sekitar tahun 1851 dimiliki oleh Oey Liauw Kong yang berfungsi sebagai taka, sehingga populer dengan sebutan Taka Merah. Eh lambat laun manjadi Toko Merah namanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar