Email: djangkarubumi@yahoo.com

Pak Tua ini Sudah 30 Tahun Jualan Soto Mie Bogor di Pasar Proyek Jakarta

Hidup ini dibikin santai dan ejoy. Jika lagi ruwet pikiran, aseknya buat jalan-jalan saja. Eh tidak hanya jalan-jalan saja, tapi juga kulineran. Kalau bicara soal kulineran, wah itu kesukaan saya banget. Ingin mencoba aneka hidangan menu. Biar tahu cita-rasa daerah lain. Setiap daerah, pastinya punya rasa khas tersendiri. Ada rasa yang unik, dan penyajian yang beda.

Kali ini saya ingin kulineran khas asal daerah Bogor, apa itu? Soto Mie Bogor. Apa bedanya dengan soto-soto daerah lain? Yang lebih menonjol perbedaannya, Soto Mie Bogor memakai mie kuning basah dan pakai irisan semacam risol. Dan yang lebih utama, Soto Mie Bogor memakai daging sapi.



Bagaimana, suka dengan menu daging sapi? Hampir semua orang pasti suka dengan menu daging sapi. Tekstur dagingnya yang lembut, plus enak pol. Pertama saya kenal Soto Mie Bogor saat main ke Kota Bekasi, yang mengarah ke Terminal Kota Bekasi kalau dari arah Jakarta. Semenjak itu, saya hampir selalu dibikin ketagihan dengan soto ini.

Eh di Pasar Proyek Sukapura, Cilincing, Jakarta UJtara ternyata ada juga penjual Soto Mie Bogor. Sebut saja Pak Tua, sebenarnya saya ingin menyakan langsung asli namanya. Tapi ada rasa segan, tidak enak. Takut dikira tidak sopan. Apalagi saat saya jajan Soto Mie Bogor ini, hanya mengenakan koloran tanpa baju, hahaha. Mirip orang yang isinya kurang se-ons hahaha. Ya seperti itulah keseharian saya.

Maka tidak heren, jika ada penjual yang sedikit curiga jika saat saya membeli barang dagangannya. Dikira orang meminta-mita atau dikira orang tidak sanggup membayarnya. Pernah saya punya pengalaman, saat beli soto kaki lima. Saya kan penasaran dengan daftar menu yang tertempel di kaca gorobaknya. Hanya tertulis menu soto daging harga 20ribu. Wajar dong, jika saya tanya,"Ini soto daging apa pak?" Eh jawabanya ketus dan sedikit dengan nada tinggi, "Soto daging ya daging!". Eh semenjak itu, saya tidak mau beli lagi. Cukup sekali saja, hahaha.



Eh kalau Pak Tua penjual Soto Mie Bogor ini sangat ramah lo. Supel bergaul, asek diajak ngobrol. Bahkan Beliau mau bercerita sejarah dari berbisnis Soto Mie Bogor ini. Beliau sudah cukup lama berjualan, sekitar 30 tahunan. Wah waktu yang cukup lama ya? Bisa bertahan dan seeksis itu. Pak Tua ini jualan Soto Mie Bogor dengan gerobak kelilingnya. Walau kadang kala mangkal, menetap.

Awal saya kenal, Pak Tua ini mangkal dekat RS Firdaus. terus pindah di tengah Pasar Proyek Sukapura dekat mushola. Dan kini, lebih menetap mangkal di depan Apotek Family. Jika shobat ingin membeli Soto Mie Bogor, mampir saja. Jam bukanya dari pagi jam 8 sampai sore, sekitar jam tigaan.

Soal rasa dan harga bagaimana? Wah jika soal rasa, jangan ditanya dah. Nikmat pol. Harga juga tergolong murah kok, berkisar 15 ribuan. Kalau siang, pelangganya kebanyakan dari karyawan Gudang Toko Buku Gramedia. Jika shobat belinya pada waktu jam istirahat karyawan, harus sabar dan rela mengantri. Tapi pada umumnya, orang membeli dibungkus ya. Alias makan di rumah.

Berita Terkait

8 komentar:

  1. semoga si Bapak tetap sehat..

    BalasHapus
  2. Soto Bogor memang enak, dibandingkan dengan soto Madura saya lebih suka soto Bogor tapi saya sering makan soto Bogor yang risolnya rasanya tengik.

    BalasHapus
  3. 30 th itu sangat lama....berarti rasanya pasti enak dan konsisten...cukup terjangkau juga untuk harga segitu...

    BalasHapus
  4. Soto bogor ini favorit aku mas...cuma aku kalau soto mie bogor ga mau pake mie kuning...maunya irisan kubis tipis, tomat, seledri ama risol yang banyak. Kikilnya malah aku biasanya ga pake. Risolnya ini kalau kena kuah sotonya malah jadi enak...

    BalasHapus
  5. wajar dong ya kalo kita nanya pakai daging apa, dengan harga semurah itu.. heran si bapak emosi aja.. malah makin curiga dia pakai daging aneh2 hahahahaa.

    soto mie bogor aku juga sukaaaa ^o^.. apalagi kalo risolnya enak.. langsung nambah di risol malah :D

    BalasHapus
  6. Memang banyak pedagang-pedagang yang demikian setia dengan profesinya. Akhirnya saya dibuat salut seperti kepada Pak Tua pedagang soto mie Bogor ini. Luar biasa perjuangan untuk tetap eksis...

    Jadi teringat Abah Duloh pedagang bandros di Sukabumi. Ia berdagang bandros sejak tahun 1972 hingga saat ini.

    Salam,

    BalasHapus
  7. Bisa dibilang termasuknya konsisten, seperti djangkarubumi ini, konsisten mempertahankan blognya.
    btw kalau gak pake bajunya di bali, mungkin dikira bule bang, tapi kalau di jkt kayaknya cuma bakalan dikiran gelandangan

    BalasHapus
  8. Senang jika melihat atau membaca cerita tentang seorang pedagang yang bisa bertahan sampai puluhan tahun seperti ini. Itu artinya dia tekun, ulet dan sabar dan juga sudah tentu bisa menghidupi.

    BalasHapus

 
Back To Top