Pikiran lagi gabut, hati jadi galau. Merasa hidup tidak punya makna, serasa tidak punya masa depan. Wah kalau sudah begitu, jalan-jalanlah ke kuburan. Carilah tempat pemakaman terdekat, lihatlah sederetan nisan yang berjejer tersebut. Kalau mereka bisa berbicara, pastinya ingin diberikan kesempatan untuk hidup kembali walau hanya beberapa menit. Itu seh nasehat guru saya.
Nyatanya, mereka tidak hidup lagi, berarti mereka sudah nyaman dan bahagia dengan kehidupan barunya. Tidak perlu lagi memikirkan masalah dunia yang ruwet, tidak usah memikirkan tagihan bulanan. Tidak ada lagi pertengkaran dan permusuhan dengan sesama, karena sudah ada jatah kavling tersendiri. Alaah...., itu jawaban orang ngeyel!
TPU Semper Budi Dharma |
Hidup itu harus banyak syukur. Soal ada masalah, itu hal biasa. Selama masih ada nyama, pasti tidak akan luput dengan problemantika. Itu nasehat Om Roma Irama. Selama masih diberikan kesempatan hidup, berarti masih ada harapan apa yang dicita-citakan itu akan tergapai dan akan terwujud. Hanya disuruh bersabar dan terus berikhtiar. Jika kehidupanmu hari ini makmur dan bahagia, jangan lupa itu ada sebagian tirikat dari orang tua atau leluhurmu. Jika kamu merasa nestapa dan bersusah payah, letih dalam kehidupanmu, ingat kamu lagi betirakat untuk keturunanmu. Itu tambahan nasehat dari guru saya.
Wah wah wah, kata pembuka saya sok banget ya. Sok kuat dan belagu, hahaha. Tapi tak apa ya, demi panjangnya artikel ini. Sebenarnya saya juga bingung mau bahas apa. Negara lagi damai, kadang ya begini, kehabisan stock cerita. Apa memberitakan apa, ya jadinya bingung. Tak apalah, kali ini saya ingin membahas yang ringan-ringan saja. Hidup sudah berat, jangan dibikin tegang. Repotnya nanti mati mendadak.
Eh ngomongin kematian. Sebenarnya manusia itu unik dan aneh juga ya, termasuk saya sendiri. Ingin hidup di surga, tapi takut dengan kematian itu sendiri. Syarat masuk surga kan harus mati dulu kan ya? Ya kalau masuk surga, jika masuk neraka? Alaaah, selama tauhid kita sudah benar, tidak perlu cemas berkebihan. Ibarat baju, jika ingin bersih kan dicuci dulu, disetrika dulu baru dimasukan ke dalam almari. Aduh, semakin ngelantur saja. Sudahi khotbamu!
Dua minggu ini, saya sering bermimpi dijumpai teman kerja atau teman msa bermain masa kecil. Walau saya sendiri kurang tahu, nasib akan teman saya tersebut setelah tidak ada hubungan kerja lagi. Sudah tidak ada komunikasi. Ada juga saudara yang sudah meninggal tiba-tiba datang dalam mimpi saya. Ah mungkin semua itu efek dari kebanyakan tidur ya.
Aduh daripada tidur, kali ini saya manfaatkan untuk jalan-jalan ke Tempat Pemakaman Umum (TPU) Semper. Masyarakat luas akan lebih mengenalnya dengan Pemakaman Budi Dharma. Karena pemakaman ini letaknya di perkambungan Budi Darma Cilincing. Bahkan ada yang menyebutnya pemakaman Rawa Malang, karena di pemakaman ini ada sungai yang membujur dari Barat ke Timur. Umumnya sungai yang ada di Jakarta itu membujur dari Utara ke Selatan. Makanya dinamakan Rawa Malang.
Nah untuk lebih tepatnya, TPU Semper beralamatkan Jalan Raya Cilincing atau Jalan Rawa Malang, Budi Dharma, Semper Timur, Cilincing, Jakarta Utara. Pemakaman umum yang begitu luas. Pokoknya sangat luas sekali. Saya menyempatkan keliling dengan kendaraan motor, dari ujung ke ujung. Ada rasa kawatir juga kalau sampai bensin kehabisan. Karena jarum penunjuk indikator bensin sudah mendekati baris merah.
Di TPU Semper Budi Darma dibagi dua unit, yaitu unit Islam dan unit Kristen. Setiap unit ini dibagi-bagi lagi menjadi blad atau kavling. Nanti juga masih dibagi-bagi menjadi kelas. Saya sendiri juga sampai tidak tahu jumlahnya berapa. Ya karena begitu luasnya area pemakaman ini. Saya mengetahui pemakama umum yang super luas, baru pertama kali ini. Mungkin bisa dikatakan, pemakaman umum paling luas yang ada di Jakarta.
Sebenarnya ada keinginan untuk menanyakan pihak terkait. Dan saya juga sempat ingin masuk ke kantor TPU Semper guna mendapatkan informasi tentang pemakaman umum ini. Ingin tahu sejarah dan luas akan keberadaan area kuburan umum ini. Tapi saya urungkan, dan balik lagi. Takut nanti dikira orang meminta-minta sumbangan. Ya itulah repotnya jiwa punya wajah pas-pasan hehehe.
Saya pun hanya menyempatkan untuk keliling saja, sambil potret-potret. Walau banyak mata pemandang, mungkin mereka melihat saya dengan keanehan. Aneh, nisan kok dijepret-jepret. Kalau ada nisan yang sedikit unik dan tampil menawan, saya pun berhenti untuk mengabadikannya. Pada umumnya, makam di Budi Dharma terawat dengan baik. Diberi tanda nisan.
Akses jalan sekitar pemakaman sangat bagus. Bahkan lebih bagus dari pada jalan yang ada di gang perumahan saya. Pokokny sangat menyenangkan keliling area TPU Semper ini. Kalau kagak ingat bensin motor mau abis, saya masih betah keliling-keliling. Dan saat itu memang saya merasa belum puasa melihat TPU Budi Darma.
Saat itu juga ada prosesi pemakaman, saya pun ikut nimbrung. Dan sok berlagak akrab dengan kerabat duka. Ikut menyimak obrolannya. Saya pun jadi sedikit tahu dan bisa merasakan rasanya ditinggal kerabat yang tercinta. Ada rasa sedih terpancar di raut wajahnya. Sepertinya mereka belum siap untuk melepaskan. Masih ada bekar air mata yang belum mengering, masih ada rasa rindu. Ah, seandainya saya mati, akankah ada yang menangisi?
Eh ada yang unik juga nih. Di TPU Semper anda juga bisa kulineran lo. Penjual bakso dan aneka minuman juga ada kok. Jadi jangan takut kelaparan saat jalan-jalan. Kalau penjual kopi, lebih banyak lagi. Hampir setiap sudut kavling kuburan ada tenda-tenda. Bagaimana, t ertarik ingin wisata ke TPU Semper Budi Dharma Cilincing?
Memang, terkadang momen kematian menyadarkan kita bahwa suatu saat kita juga akan mati.
BalasHapusLuas sekali dan harmonis, ada unit Islam dan Kristian.
BalasHapusMemang terlihat aneh memotret di kuburan 😄. Tapi bagusnya, saya jadi tau bagaimana kuburan di sana.
Saya takut masuk area pemakaman. Kecuali saat ziarah karena ada yang mendampingi. Selamat malam, ananda.
BalasHapusMelewati pekuburan mengingatkan diri sendiri bahwa hidup di dunia ini ada akhirnya. Bahwa cepat atau lambat kematian akan menjemput.
BalasHapusSalah satu rute jalan kaki saya melewati pekuburan, Mas. Sengaja lewat sana agar tetap ingat bahwa besok lusa saya akan seperti mereka yang kini sudah terbaring di pekuburan itu.
Salam,