Liburan sekolah telah tiba. Hari Jumat, tanggal 20 Desember 2024 adalah penerimaan hasil rapot. Semuanya siswa bersuka-cita, karena akan istirahat belajarnya. Termasuk istirahat berangkat ke sekolah. Tidak ada lagi tugas-tugas membaca buku, menulis, berhitung termasuk kegiatan ekstrakurikuler. Bisa bangun siang, tidak ada lagi istilah terlambat berangkat sekolah hahaha. Tidak akan ada istilah terjebak kemacetan. Losss...., merdeka!
Ah saya juga begitu jika menjelang liburan sekolah. Senangnya bukan main. Bisa begadang sesuka hati. Dan bisa main hape seleluasanya. Asek banget dah, jika liburan sekolah. Isi kepala terbebaskan dari rumus-rumus matematekan dan segala hafalan. Punggung juga terbebaskan dari beban buku-buku yang tebal-tebal. Siapa seh yang tidak suka liburan sekolah?
Eh sebelum liburan sekolah, umumnya ada kegiatan study tour. Karena kalimat study tour kini punya citra atau nilai negatif, setelah sering terjadinya kecelakaan lalu-lintas, kini lebih sering disebut wisata edukusi. Ya jalan-jalan tapi ada nilai edukasi buat anak-anak atau siswa. Sehingga tidak hanya sekedar piknik atau mlaku-mlaku saja. Wisata sambil belajar mengenal alam, mengenal budaya, mengenal akan sejarah dan sebagainya.
Wisata edukasi atau yang dulu sering disebut study tour, perlu diakui ada nilai manfaatnya. Bermanfaat untuk siswa, bermafaat bagi pengelola jasa kendaraan (transportasi), dan bermanfaat bagi pengelola wisata juga. Ada pergerakan perekonomian. Ada perputaran duit. Sehingga saling menunjang. Soal pro-kontara pasti ada. Kalau masalah sosial, tidak akan sama persepsinya. Hal lumrah!
Wisata Edukasi tidak harus jauh-jauh dan tidak harus ke tempat wisata yang viral. Yang dekat-dekat saja, kalau bisa lebih mengutamakan wisata di daerahnya. Dimana mereka bertempat tinggal. Tidak harus ke luar kota, yang membutuhkan waktu perjalanan yang cukup lama. Ah kalau begitu, akan menguras energi dan waktu. Sampai ke tempat wisata sudah kelelahan, tepar dah.
Dan pastinya, wisata edukasi jangan sampai memberatkan orang tua wali murid. Ya yang sekiranya masih harga tiket terjangkau. Biaya transportasi yang ringan. Sehingga semuanya tetap dalam kegembiraan. Orang tua senang, siswa pun senang. Jangan sampai ada istilah gerudel. Tahu sendirikan, perekonomian orang tua, pada umumnya belum dalam keadaan baik. Ah sok tahu!
Eh kali ini, saya ingin bercerita wisata edukasi ke museum Betawi Setu Babakan yang berada di Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Museum Betawi mulai dibangun dari tahun 2012-2015. Awal mulanya hanya dipergunakan sebagai pengelola kawasan perkampungan Betawi. Pada tanggal 30 Juli 2017, baru dah museum Betawi terbuka buat umum. Museum Betawi ada tiga lantai. Bangunannya tinggi dan megah. Kalau masuk serasa masuk ke gerbang kerajaan kuno di film-film.
Di ketiga lantai tersebut tersimpam koleksi benda-benda akan budaya Betawi. Walau masih dibilang koleksi museum Betawi ini masih tergolong sedikit. Ya maklumlah, yang namanya museum yang belum lama berdiri. Diorama-dioramanya juga masih gimana gitu. Masih kayak apa adanya. Belum tersentuk atau tergarap dengan maksimal. Semoga lain waktu bisa lebih apik lagi ya.
Museum Betawi buka setiap hari Selasa sampai Minggu. Hari Senin libur. Jam bukanya dari sembilan pagi sampai jam tiga sore. Harga tiket, gratis. Wow asek sekali. Tapi walau gratis, tetap isi regestrasi ya, demi mendata pengunjung. Anda juga bisa meminta pengelola museum untuk mendampingi atau minta panduan saat keliling melihat koleksi-koleksi museum.
Wah saya sendiri sampai kelupaan memotret koleksi dalam museum Bewati. Terlalu asek mambuat konten video. Yang masih ingat dalam pikiran saya, koleksi atau sejarah dari ondel-ondel. Ya ya ya, budaya Betawi yang paling tersohor dan terkenal memang ondel-ondel. Bentuk ondel-ondel jaman dahulu beda banget dengan bentuk era sekarang. Kalau dulu, wajah ondel-ondel sedikit serem.
Selain ondel-ondel yang masih tergiang adalah ada koleksi ketapel yang ukurannya gede banget. Pokoknya gede sekali, tidak bisa dipegang dengan tangan, hehehe. Entah buat apa ketapel seukuran itu ya? Selain itu, apalagi ya? Hemm, oh iya perabotan alat membuat kerak telor. Kalau bicara soal kulineran, yang paling eksis sampai saat ini adalah kerak telor.
Setelah selesai keliling di dalam museum, saya pun masuki area halaman di dalam kawasan museum Betawi. Di sana ada banyak rumah-rumah adat Betawi. Rumah-rumah yang hampir seluruhnya terbuat dari bahan kayu. Ada suang-saung juga, jika anda ingin istirahat selonjoran. Saya sendiri lupa menghitungnya. Ada mushola bagi yang ingin menjalankan ibadah solat.
Tapi sayang, saat saya ke sana tidak ada pagelaran Ondel-Ondel Betawi. Gedung pertunjukannya sedang dipakai reunian anak sekolah. Ah, datang-jauh-jauh kok tidak ada hiburan tarian ondel-ondel, sedikit kecewa. Belum lagi, saat mau ke Danau Situ Babakan, sepi tidak ada keramaian. Ya akhirnya hanya bisa kulineran saja. Jajan kerak telor dan soto Betawi, hehehe.
Memang lebih bagusnya, bagi wisatan yang mau datang meminta informasi terlebih dahulu waktu dan jam berapa yang sekiranya ada pertunjukan atau pentas ondel-ondel. Sehingga saat datang ke Museum Betawi Setu Babakan tidak hanya sekedar melihat koleksi benda-benda Betawi tetapi juga dihibur dan disambut tarian ondel-ondel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar