email: djangkarubumi@yahoo.com

Pak Tua Asal Brebes ini Sudah 30 Tahun Jualan Tahu Gejrot Keliling Jakarta


Lagi ramai berita tentang kabur aja dulu ke luar negeri ya? Kabur yang bermakna mencari pekerjaan di luar negeri. Kalau bicara tentang permasalahan sosioal, tidak ada yang namanya seratus persen benar atau seratus persen salah. Yang hari ini benar, bisa jadi besoknya salah. Atau sebaliknya. Ya begitulah permasalahan sosial hidup. Semua tergantung situsi dan tergantung individu juga. Selama itu bukan hal kriminal atau maksiat, semuanya baik-baik saja. Hidup ini kan sebenarnya soal pilihan. Tidak memilih pun juga termasuk pilihan.

Kerja di luar negeri juga bagus. Bisa mencari pengalaman kerja atau pengalaman hidup, anggap saja kerja sekaligus wisata atau jalan-jalan. Banyak kok teman saya yang bekerja di luar negeri. Gajinya gede, setiap gajian disisihkan atau dikirim ke kampung halamannya. Yang nantinya dibelikan tanah atau buat membangun rumah. Eh kerja di luar negeri juga punya andil menambah devisa negara lo. Kerja di dalam negeri? Bagus juga. Kampung tidak sepi.



Dah ah, tidak perlu dibahas terlalu jauh. Nanti yang ada justru pusing sendiri. Kalau pusing terus sakit, nanti yang ada repot sendiri. Hidup dibawa santai, jangan terlalu tegang. Hidup itu dijalani, dinikmati dan syukuri, nasehat dari pak kyai. Jangan terlalu banyak angan-angan atau berandai-andai, atau terlalu sering melihat kenikmatan yang ada pada orang lain. Itu berbahaya, yang bisa menyebabkan tidak menikmati apa yang ada pada dirinya, tambahan nasehat dari pak kyai. Ah saya kok jadi ngelantur, berlagak memberikan motivasi hahaha.

Suasana masih gerimis, lagi asek nongkrong di luar. Ya ceritanya ingin menyegarkan pikiran. Ingin mencari udara adem. Walau gerimis mengundang, entah mengapa saya enggan masuk ke rumah. Badan kecripatan air hujan, tetap saja badan tidak mau pindah dari tongkrongan. Ya begitulah, anak muda hahaha. Masih senang-senangnya menikmati suasana hujan. Tidak takut meriang, kebal seh!



Eh suasana yang masih hujan gerimis, tiba-tiba datang pedagang gerobak dorong keliling menjajakan makanan tradisional, Tahu Gejrot. Sudah tahu belum asal daerah Tahu Gejrot? Tahu dong, Tahu Gejrot berasal dari daerah  Cirebon, Jawa Barat. Betul sekali, ternyata pandai juga! Tahu Gejrot Makanan khas Cirebon, Jawa Barat. Wah saya paling suka banget dengan jajanan ini.

Bahan-bahan membuat Tahu Gejrot sangatlah sederhana sekali, yaitu dari bahan tahu dan bumbu rempah lainnya, semisal cabe, bawang merah, bawah putih dan gula jawa. Nah kalau gula jawanya nanti sebagai kuahnya. Makanya gula jawa ditumbuh halus ditambah air baru dimasukan ke wadah botol. Jadi seperti sirup dah.

Kenapa dinamain tahu gejrot. Ini petanyaan yang menarik. Dinamain tahu gejrot karena saat menguleg bumbu rempahnya menimbulkan bunyi "jrot-jrot". Faktornya karena ukuran cobeknya kecil, gerobaknya juga ikut bergoyang. Belum lagi saat menuangkan air gula jawanya juga menimbulkan suara "jrot-jrot. Gejrot, bumbu rempahnya diuleg tidak sampai halus, asal gepeng. Mungkin kalau bahasanya Indonesianya cukup digeprek.



Cara penyajiannya juga unik lo, umumnya pakai tatakan atau piring ukuran kecil yang terbuat dari tanah. Nanti makannya pakai supit kecil atau pakai lidi tusukan gigi. Terus cara buatnya bagaimana? Tahunya dipotong-potong menjadi ukuran lebih kecil. Bumbu rempahnya diuleg bersamaan sampai cukup halus, baru dikasih kuah gula jawa. Baru dah, potongan tahunya ditaruh diatasnya. Simple kan cara membuatnya?

Kalau soal selera pedas, sesuai permintaan pembeli. Kalau saya cukup cabe satu aja dah. Karena saya tidak kuat dengan rasa pedas. Eh tapi jangan heran, saya bisa abis banyak kalau jajan tahu gejrot. Saat itu saya abis tiga mankok ukuran jumbo hehehe. Rakus amat seh bang? Maklum kan suasana hujan gerimis. Pengennya makan terus jadinya.



Tu panjualnya saja sampai tidak sempat melepaskan jaket plastiknya. Eh saya pun menyempatkan berbincang ringan dengan penjual tahu gejrot ini. Pak Tua asal Brebes, sempat menyebutkan nama kampungnya tapi saya kok ya lupa hehehe. Ya maklum, suasan gerimis mana bisa focus pikiran. Sebenarnya saya juga takut dikira orang kepo atau takut menganggu jualannya. Hujan-hujan kok diajak ngobrol.

Tapi untungnya pak Tua ini ramah, tidak merasa terganggu dengan pertanyaan obrolan saya. Bahkan beliau bercerita perjalanan atau kisah berjualan tahu gejrot ini. Beliau berjualan dari masih bujang. Wah wah wah, hebat juga ya, berarti sudah berkisar 30 tahunan nih. Dari bujang sampai sudah berkeluarga. Oh iya, Pak Tua ini berjualannya masih sitem setoran sama juragan tahunya. Bisa bertahan selama itu berarti keuntungan jualan tahu gejrotnya gede juga ya pak? Hanya dijawab dengan senyuman manisnya.

Berita Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Back To Top