Sekarang eranya jaman praktis, sehingga emak-emak tidak perlu sesibuk era orant tua dulu. Hampir semuanya serba manual. Dan harus siap-siap yang namanya tangan kotor. Era sekarang? Wow, kotor-kotor bukan jamannya lagi. Di dapur, tetap bisa cantik kok, baju tidak ada yang namanya noda menempel. Badan tetap wangi, kalau dulu eh pastinya bau asap sekujur tubuh. Belum lagi, warna hitam arang yang kadang tidak sengaja hinggap di pipi hehehe.
Apa sih yang tidak serba praktis? Contohnya saja santan kelapa, kini sudah ada kemasan model semacam sachet. Kalau era Belanda, jika ingin santan kelapa, mau tidak mau harus memarutnya sendiri. Model parutnya juga serem pula, papan yang tertancap semacam paku-paku kecil. Wah jika tidak terbiasa dan tidak hati-hati, kadang tangan yang keparut saat mendekati buah kelapa mau abis. Bisa berdarah dah tangan.
Era sekarang, lebih moderen. Ada pemarut santan kelapa yang lebih canggih. Bahkan ada yang alatnya langsung bisa memeras kelapa, hasilnya langsung santan kelapa. Iya hasilnya langsung santan kelapa. Sampai di rumah tidak perlu lagi memerasnya. Sehingga juga tidak perlu sibuk membuang itu ampas santannya. Pokoknya langsung masukan ke sayuran yang ingin ditambahkan santan. Gimana, uenak dan praktis bukan?
Berbicara soal santan kelapa siap pakai, mungkin yang terkenal dan akrab di telinga emak-emak ya itu merek Sun Kara. Eh gimana sih cara membaca ejaannya, yang benar itu Sun Kara atau Kara Sun? Wah wah wah bisa seteliti itu juga ya hehehe. Kalau bicara soal cara penyusuna kata-katanya, mungkin yang lebih benar cara membaca adalah Kara Sun, posisi kata "kara" karena lebih di atas kata "SUN". Tapi apa sebuah penyusunan kata atau kalimat hehehe. Emak-emak juga lebih suka membaca Sun Kara, jadi kita mengikuti mayoritas saja.
Sun Kara diproduksi oleh PT Pulau Sambu Indragiri yang berada di Riau, dan selaku distribustornya adalah PT Kara Santan Pertama Jakarta. Sun Kara kemasan ini beredar sekitar tahun 1989. Tergolong cukup lama juga ya, dan respon dari emak-emak juga sangat bagus. Sehingga hal wajar jika bisa masih dan masih terus bisa bertahan. Eh sudah menjadi kebiasaan nih, jika di bulan ramadan dan idulfitri, keberadaan Sun Kara sulit ditemukan di warung-warung, seandainya ada pun, harga sudah mengalami kenaikan.
Kenapa Sun Kara jika di bulan Ramadan mengalami kelangkaan? Pastinya karena permintaan pasaran yang begitu besar. Emak-emak berburu santan siap pakai, yaitu Sun Kara yang disebabkan karena harga kelapa parut yang naik drastis harganya. Saat ini saja, harga satu kelapa parut berkisar 20 ribuan, belum nanti jika di memasuki idulfitri, satu kalapa parut bisa berkisar 25 ribuan keatas.
Nah dengan kenaikan harga kelapa parut itulah yang membuat emak-emak mencari alternatif yang lebih praktis. Berburu Sun Kara, walau kenyataannya harganya juga ikut mengalami kenaikan. Saat ini harga Sun Kara 65 ml berkisar enam ribuan rupiah, dari seribu dari harga sebelum Ramadan. Aduh apa seh yang tidak naik saat bulan Ramadan? Semua serba naik, bahkan tekanan tensi darah emak-emak juga ikut naik hehehe. Kalau tensi darah bapak-bapak? Hustttt.......!
La leche de coco antes no se utilizaba en EspaƱa, pero ahora la venden en todos los supers. Un abrazo
BalasHapusteringat jaman aku kecil, setiap sore disuruh marutin kelapa sama ibu, untuk masakan ibu. pertama parut manual sambil jongkok, lama-lama ada parutan mesin diwarung depan rumah, akhirnya beli kelapanya minta langsung diparutin sama pemilik warung.
BalasHapusSudah pasti karena permintaan yang tinggi ya. Liat aja takjil2, hampir semua kue basah butuh santan kan ya
BalasHapus