Minyak kemasan merek Minyakita diluncurkan oleh Kementerian Perdagangan dengan tujuan agar masyarakat bisa memperoleh minyak goreng dengan harga terjangkau. Dengan harapan masyarakat bisa dengan mudah membeli minyak goreng, yang waktu itu sempat mengalami kelangkaan dan kenaikan harga yang lumayan tinggi. Seantreo negeri, emak-emak menjerit. Khususnya masyarakat yang saban harinya sebagai profesi penjual gorengan keliling. Saat itu terjadi antrian panjang jika ingin membeli minyak goreng
Dan itulah awal kenaikan harga gorengan gerobak keliling. Yang biasanya satu biji gorengan harganya seribu rupiah, terus berubah menjadi empat biji gorengan harganya lima ribu rupiah. Tapi umumnya kini, satu biji gorengan harganya dua ribu rupiah. Kalau ukurannya gede, bisa jadi lima ribu rupiah hanya dapat dua biji gorengan. Setiap tempat pastinya punya ukuran harga tersendiri. Yang jelas, harga gorengan naik karena saat itu untuk mendapatkan minyak goreng begitu sulitnya.
Tapi ya begitulah, Indonesia ini sepertinya mudah kagetan. Tapi juga dengan mudahnya melupakan hehehe. Tapi tapi tak apalah ya, kalau tidak begitu tidaklah seru. Apakah minyak kemasan merek Minyakita bisa menyelesaikan permasalahan saat itu? Eh jadi ingat, saat itu terjadi operasi pasar besar-besaran. Minyak kemasan merek Minyakita melakukan penjualan besar-besar, agen-agen sembako didrop minyak kemesan dalam jumlah banyak. Mungkin disuruh pemerintah membantu untuk mendistribusikan minyak goreng kemasan merek Minyakita.
Emak-emak rela antri dan berebut di agen sembako demi untuk mendapatkan minyak goreng kemasan tersebut. Pastinya dengan jumlah yang dibatasi, tidak boleh asal borong. Antriannya panjang kagak saat itu? Wow banget dah, lumayan panjang. Yang bernasib sial mah, sudah ikut antri, eh tiba-tiba stock abis hahaha. Emosilah emak-emak itu. Ah itu mah cerita dulu!
Setetelah keberadaan stock normal dipasaran, hampir semua merek minyak gorengan kemasan kembali berada di rak-rak minimarket. Hiruk-pikuk tentang minyak goreng nampak adem ayem saja. Tidak terdengar lagi teriakan emak-emak atau penjual gorengan keliling. Apa karena masyarakat sudah dengan ihklas dan memaklumi kenaikan harga minyak goreng yang berada dipasaran? Entahlah!
Dan apakah emak-emak memaklumi juga dengan harga Minyakita yang dijual diatas harga HET (harga eceran tertinggi)? Hanya selisih sekitar seribuan dari harga minyak kemasan produksi ternama. Harga minyak goreng yang mungkin kualitasnya dibilang buruk (aduh bang jangan terlalu sadis, bilang saja kualitas rendah). Bahkan ada sebagaian masyarakat yang mengatakan Minyakita adalah minyak kualitas sampah. Lihat saja dari warna minyak gorengnya, belum lagi soal rasa. Bahkan lagi ramainya, ukuran isi Minyakita yang tidak genap satu liter. Aduh harga tidak jauh beda, tapi isi literan sudah beda hahaha. Nasib minyak goreng bersubsidi!
bulan puasa ni.. lagi demand minyak masak, kan?
BalasHapussamalah juga di sini. gula, tepung, beras juga demand tinggi sampailah hari raya nanti
Kayaknya emak-emak sudah pasrah dengan situasi sekarang. Mereka ribut pun juga harga terus dikerek naik. Apalagi menjelang lebaran seperti sekarang.
BalasHapusEmak-emak juga bisa capek loh. Apalagi kalau bapak-bapak nggak bantu bael
Nampaknya samalah masalah di tempat kami.
BalasHapusTapi paling hairan, negara kami pengeluar sawit terbesar dunia sedangkan hendak beli minyak masak pun susah. Apalagi menjelang musim perayaan.